Pekanbaru, (antarariau) - Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau melalui ketuanya Dheni Kurnia menyatakan siap memboikot pesawat Jet F-16 dari Amerika yang akan di tempatkan di Pangkalan Udara Pekanbaru pada 2014.
"Kalau sempat F-16 (pesawat Jet) jadi dialokasikan ke Lanud Pekanbaru, bisa-bisa arogansi oknum TNI bertambah menjadi-jadi. Jadi kami mengharapkan Gubernur Riau tidak merekomendasikan rencana itu," kata Dheni dalam keterangan resminya di Pekanbaru, Selasa.
Dheni mengatakan, pihaknya juga sangat berharap pihak-pihak terkait termasuk Dewan Pers dan institusi tertinggi TNI segera mengusut tuntas kasus tindak penganiayaan terhadap wartawan saat insiden jatuhnya pesawat superhawk di sekitar permukiman warga RT 03, RW 03, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, sekitar pukul 09.47 WIB.
"Kami juga menuntut agar Kasau segera mencopot jabatan Danlanud Pekanbaru. Selain juga menindak tegas para pelaku penganiayaan wartawan," katanya.
Dheni jmenegaskan, upaya boikot kedatangan pesawat Jet F-16 ke Lanud Pekanbaru adalah upaya untuk menekan arogansi oknum TNI AU yang selama ini selalu memakan korban tidak hanya wartawan, namun juga warga.
"Kekerasan terhadap wartawan tidak hanya terjadi sekali ini, namun juga berkali-kali. Setiap ada insiden kecelakaan pesawat, anggota TNI selalu berbuat arogan dan tidak segan-segan main tangan," katanya.
Dikabarkan sebelumnya, bahwa Indonesia telah mendapatkan hibah sebanyak 24 pesawat Jet F-16 dari Amerika Serikat (AS) yang rencananya akan ditempatkan di Pangkalan Udara Pekanbaru pada 2014 mendatang.
"Namun begitu, TNI AU tidak akan menempatkan F-16 dengan skuadron udara 12 yang saat ini ada di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, melainkan berdiri sendiri," kata Panglima Komando Operasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara I (Koopsau I) Marsekal Muda TNI Bagus Puruhito di Jakarta.
Saat ini skuadron 12 di Lanud Pekanbaru tersebut dilengkapi beberapa jenis pesawat tempur. Seperti Hawk 109/209 yang sudah mulai melengkapi kendaraan tempur TNI-AU sejak tahun 1997.
Dia menjelaskan, pesawat itu akan menjaga pertahanan Indonesia di wilayah Komando Operasi Tentara Nasional Angkatan Udara I (Koopsau I).
Wilayah barat Indonesia termasuk Riau adalah wilayah perbatasan pertahanan Indonesia yang rawan dengan ancaman negara asing seperti Singapura dan Malaysia.