Gangguan mental saat pandemi bisa dorong anak untuk sakiti diri sendiri

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, mental

Gangguan mental saat pandemi bisa dorong anak untuk sakiti diri sendiri

Ilustrasi - Gangguan metal. (ANTARA/Pexel)

Jakarta (ANTARA) - Gangguan kesehatan mental yang muncul akibat pandemi COVID-19 pada anak bisa menimbulkan dorongan untuk menyakiti diri sendiri, bahkan ingin bunuh diri, demikian dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Anggia Hapsari.

"Mereka inginnya instan dalam hal mengatasi emosi, ketika berhadapan dengan keterbatasan di tengah pandemi, seperti tak bisa bertemu teman, tidak ada teman curhat, aktivitas dibatasi, itu membuat perasaan mereka tumpul dan kosong," kata Anggia dalam webinar kesehatan, Selasa.

Baca juga: Tips menjaga kesehatan mental dan fisik masa pandemi COVID-19 di 2021

Di tengah rasa sepi dan frustrasi, anak merasa ingin merasakan sakit yang mendorong mereka melukai diri sendiri. Tindakan itu dapat berulang-ulang, membuat suasaha hatinya semakin terpuruk dan anak kian rapuh. Pada akhirnya, anak ingin mengakhiri rasa sakit dengan cara mengakhiri hidupnya. Sama seperti permainan yang bisa diulang dari awal ketika pemainnya kalah, anak juga berpikir dia bisa mengulang dari awal di kehidupan baru dengan cara mengakhiri hidup.

Penting bagi orangtua untuk mendampingi anak dalam mencari bantuan profesional tanpa ada penghakiman. Anggia menuturkan, orangtua harus menerima keadaan anak dan tidak boleh menganggap perasaannya sebagai hal sepele. Dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup pada anak bisa dihentikan ketika mereka meyakini orangtua selalu ada untuk mendukung.

"Jangan bilang 'ah begitu saja tidak bisa, yang kuat dong'. Lakukan pendampingan tanpa adanya penghakiman, anak juga ingin didengarkan, mereka harus tahu pasti ada orangtua yang ada buat mereka."

Baca juga: Risiko terserang masalah mental bisa meningkat akibat pandemi COVID-19

Baca juga: Kenali rasa letih mental di masa pandemi COVID-19, apa sebabnya?