Jakarta (ANTARA) - Para tenaga kesehatan menjadi salah satu sosok yang mengalami keletihan mental atau burnout di masa pandemi COVID-19 saat ini, menurut sebuah survei dari program studi Magister Kedokteran Kerja (MKK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 2020.
Survei yang dilakukan online ini melibatkan sekitar 1461 orang tenaga kesehatan yakni dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, bidan, perawat dan tenaga laboratorium dari berbagai propinsi Indonesia pada Februari 2020-Agustus 2020.
Para partisipan rata-rata berusia 35 tahun dengan masa kerja lima tahun, memiliki jam kerja saat COVID-19 selama 38,5 jam per minggu.
Hasil survei menunjukkan, sebanyak 82 persen partisipan mengalami burnout tingkat sedang, 1 persen berat dan 17 persen tingkat burnout ringan.
"Ini suatu hal yang sudah harus diwaspadai karena begitu masuk berat susah ditanggulangi, harus segera dilakukan sesuatu," ujar ketua tim peneliti Dr. dr. Dewi S. Soemarko dalam konferensi virtual FKUI, Jumat.
Lebih lanjut, keletihan mental yang dirasakan para tenaga kesehatan ini salah satunya karena kelelahan bekerja akibat beban kerja.
Dalam kesempatan itu, Dekan FKUI Prof. dr. Ari Fahrial Syam menegaskan burnout menjadi salah satu kondisi yang dialami pada dokter-dokter di Indonesia pada masa pandemi COVID-19.
"Burnout menjadi salah satu faktor, yang terjadi pada dokter-dokter kita. Banyak dokter yang sehat, tetapi akhirnya menjadi korban (COVID-19) dan meninggal, karena walau fisik sehat tetapi stres cukup tinggi dan kurang istirahat, mengalami permasalahan kesehatan apalagi dengan COVID-19 ini," ujar dia.
Lalu apa gejala letih mental?
Burnout atau keletihan mental suatu sindroma yang diakibatkan respon kronik terhadap stressor atau konflik di tempat kerja dan penyakit ini termasuk ke dalam diagnosis klinis.
Dewi mengatakan, kondisi ini bisa dikenali dari gejalanya yakni keletihan emosi, kehilangan empati dan hilangnya rasa percaya diri.
Tanda seseorang mengalami keletihan emosi yakni merasa sangat lelah sehingga tidak mau melakukan apapun. Sementara kehilangan empati ditandai tidak ingin ikut serta mengambil keputusan apapun.
"Kehilangan empati, jadi terserah saja. Ini menurut kami agak sedikit berbahaya. Lalu hilang rasa percaya diri. Bisa-bisa dia merasa banyak ragunya menyebabkan penurunan performa," kata Dewi.
Dokter umum mengalami ketiga gejala keletihan mental, sementara tenaga kesehatan yang sudah menikah mengalami dua gejala yakni keletihan emosi dan hilangnya rasa percaya diri.
"Status menikah lebih besar terjadi burnout, ditambah beban kerja. Sebagai manusia, rindu keluarga saat kerja. Tenaga medis tidak pulang-pulang sementara keluarga menunggu di rumah. Perasaan itu yang mereka pendam, saat sudah berbulan-bilan menjadi kelelahan," ungkap Dewi.
Tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 mengalami dua gejala burnout menonjol yakni keletihan emosi dan kehilangan empati.
"Burnout kalau dibiarkan bisa menjadi gangguan mental, perlu psikiater," tutut Dewi.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa