Jakarta (ANTARA) - Sehat secara fisik dan mental untuk menjalani tahun 2021 yang baru memasuki hari pertama tak bisa Anda dapatkan jika hanya fokus rebahan dan mengonsumsi makanan sesukanya.
Ada usaha yang perlu Anda lakukan untuk mewujudkannya. Mudah atau sulit? Tergantung Anda. Bagi pakar kesehatan Vito A. Damay, berolahraga setiap hari selama setengah jam lebih nyaman ketimbang sejam tiga kali seminggu. Kalau Anda?
Baca juga: Pentingnya lakukan aktivitas fisik selama masa pandemi COVID-19
Berikut ANTARA rangkum hal-hal yang Anda perlukan demi menjaga kesehatan fisik dan mental menjelang setahun masa pandemi COVID-19 berlangsung dari berbagai sumber:
Kesehatan mental
Founder Remedi Indonesia sekaligus Certified Energy Psychology Practioner, Ferry Fibriandani mengungkap hasil sesi stress release dan meditasi yang timnya lakukan pada awal Maret hingga pertengahan April lalu tentang emosi yang hadir di kala pandemi.
Mayoritas peserta melaporkan merasa takut, khawatir, bosan, bingung, kesal, paranoid, capek, kewalahan, marah, sedih, kangen, merasa terjebak hingga mulai putus asa.
Febri tak menampik, banyak hal yang terjadi pada hidup termasuk jika itu di luar kemampuan Anda. Dia menyarankan Anda untuk bisa mengontrol respon kejadian yang hadir yakni release (melepaskan emosi negatif), reframe (melihat dari sudut pandang berbeda) dan relax (mencari hal yang membuat damai).
"Setelah menguasai release dan reframe, Anda akan menjalani dengan relax," kata dia.
Lalu, bagaimana melepaskan emosi yang tidak nyaman? Remedi Indonesia merekomendasikan Anda untuk mengidentifikasi peristiwa dan rasa tidak nyaman yang menyertai, hadirkan skala emosi 1-10 (1 sangat nyaman, 10 sangat tidak nyaman).
Setelahnya, tanyakan tiga pertanyaan pada diri Anda, yakni: Bisakah Anda melepaskannya? Maukah Anda melepaskannya dan Kapan Anda ingin melepaskannya?
Menurut Febri, yang perlu Anda lakukan adalah mendengarkan pertanyaan, menjawab jujur pertanyaan tersebut dan dengan pengaturan napas, mencoba untuk melepaskan semua emosi tidak nyaman tersebut. Lakukan berulang kali hingga skala emosi menjadi semakin nyaman.
Selain itu, olah cinta misalnya memberikan afirmasi positif dan hikmah yang bisa kita lihat dari situasi itu.
Hal lainnya, membaca berita dan hanya dari sumber-sumber yang kredibel, berkomunikasi dengan orang-orang yang mendukung rasa positif, membawa variasi dan kreativitas ke dalam ritual sehari-hari di rumah, misalnya memulai kembali hobby lama selain hanya menonton televisi, mencoba resep-resep makanan dengan bahan yang ada.
Bagi para single alias jomblo, Ferry kembali mengingatkan Anda tetap bisa fokus pada apa yang bisa dikontrol. Daripada stres dengan status single, Anda bisa memulai belajar keluar dari zona nyaman misalnya menggali kreatifitas untuk mencari aktivitas unik, seru dan menghibur atau belajar hal baru yang selama ini tidak sempat dilakukan misalnya memasak, melukis, menulis jurnal dan lainnya.
Olahraga
Jangan lupakan olahraga atau beraktivitas fisik untuk menjaga imunitas dan kebugaran Anda, minimal 150 menit per minggu (untuk jenis intensitas sedang), menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Founder the Laughing Runner di New York City, Natalie Dorset menyarankan Anda berolahraga bersama teman yang punya kesamaan minat olahraga dengan Anda dan capai tujuan sehat dengannya.
"Kuncinya mendukung satu sama lain. Mengatasi tantangan bersama tidak hanya akan lebih menyenangkan, tetapi juga bisa menjadi cara yang baik untuk tetap terhubung dengan teman," kata Dorset seperti dilansir dari Prevention, Jumat.
Periksa kondisi ke dokter
Pandemi COVID-19 seharusnya bukan halangan untuk Anda memeriksakan kondisi kesehatan. Tak harus langsung ke klinik atau fasilitas kesehatan, Anda bisa berkonsultasi secara virtual, kata dokter di UNC Health, Anita Skariah.
Orang dengan penyakit seperti hipertensi dan diabetes sebaiknya memastikan kondisinya terkontrol di samping tetap menerapkan 3M.
"Selain memakai masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan, garis pertahanan lainnya adalah menjaga kondisi kronis tetap terkendali dengan baik. Ini dapat mencegah tubuh menjadi kewalahan jika harus menghadapi COVID-19," kata Skariah.
Pola makan dan tidur cukup
Pakar kesehatan menyarankan Anda memastikan asupan makanan sesuai kebutuhan tubuh dan pilihlah yang sehat. Pakar diet sekaligus pemilik Nutri Savvy Health, Lauren O'Connor mengatakan, makanan sehat bukanlah tentang merombak pola makan Anda.
Beberapa pengganti favorit O'Connor misalnya mengoleskan alpukat pada roti lapis, bukan mayo atau mencampurkan pisang beku dengan setengah cangkir beri sebagai alternatif pengganti es krim.
Selain makanan, jangan lupakan waktu tidur yang berkualitas. Umumnya, orang dewasa perlu tidur malam minimal 6-7 jam, menurut dokter umum RS Pondok Indah - Pondok Indah, I Made Tirta Saputra.
Pakar kesehatan tidak menyarankan Anda begadang atau tidur terlalu larut karena bisa menganggu siklus tidur dan bangun alami tubuh. Begadang misalnya selama beberapa minggu atau bulan, bersiaplah menghadapi risiko terkena kondisi medis lebih serius seperti obesitas, penyakit jantung dan diabetes.
Keluar rumah
Gara-gara pandemi COVID-19, sebagian orang mengubah bahkan membatalkan rencana liburan pada tahun 2020. Tetapi orang-orang masih menemukan cara untuk berlibur di tengah pandemi yakni memilih lokasi liburan yang lebih dekat ke rumah dan melakukan staycation di lokasi privat.
Psikolog Ann-Louise Lockhart seperti dikutip dari Insider mengatakan, bepergian atau berlibur mungkin terkesan manja tetapi sebenarnya ini terkait dengan kesehatan mental dan ini membuatnya sangat penting.
Bahkan, sekedar perjalanan singkat (dengan menerapkan 3M) bisa membuat perbedaan yang dapat membantu mendukung kesehatan mental keluarga dan anak-anak.
Skariah juga mengajurkan Anda sekedar keluar dari rumah dan menikmati alam di sekitar Anda. Sinar matahari di luar ruangan dapat membantu Anda menghilangkan stres, terutama jika Anda sering menatap cahaya buatan yang dipancarkan dari layar komputer.
"Berjalan-jalanlah sebentar atau sekedar menikmati udara segar dan sinar matahari. Anda semua akan merasa segar," kata dia.
Baca juga: Serangan jantung masih bisa menyerang orang yang rajin latihan fisik. Begini penjelasannya
Baca juga: Ini manfaat memberi waktu jeda pada latihan fisik
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa