Jakarta (ANTARA) - Pakar ekonomi Hendri Sapartini menyatakan belanja kurban atau pembelian hewan kurban oleh masyarakat yang mampu akan membantu menggerakkan perekonomian rakyat di tengah pandemi.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat dia menyatakan jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian dan peternakan tumbuh lebih dari 2 persen selama pandemi, artinya sektor tersebut dapat menciptakan lapangan kerja.
Baca juga: Soal sapi kurban berujung demo, Agung minta mahasiswa kedepankan tabbayun
"Kalau begitu kelompok menengah ke atas jumlahnya lebih banyak dan saya yakin sekitar 40 juta keluarga dapat berbelanja kurban. Maka itu sangat membantu dalam menggerakkan perekonomian rakyat," katanya konferensi pers Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa yang berlangsung secara daring.
Menurut dia, karena sebagian besar orang Indonesia itu berkurban dengan kambing, dan kambing ini adalah hewan ternak yang diternak di domestik bukan dari impor. Maka dengan hal tersebut, akan berdampak besar pada ekonomi peternak kecil.
Jadi kalau ada 29 juta orang bekerja di sektor pertanian dan peternakan, kemudian belanja, lanjutnya, maka akan ada optimisme bahwa sebenarnya ekonomi kita tidak berhenti.
"Inilah saatnya untuk berbelanja dan untuk tidak menahan belanja kurban. Karena itu akan berdampak bagi jutaan peternak di Indonesia, dan itu akan menjadi harapan baru bahwa ekonomi Indonesia ada kesempatan untuk pulih,” ujar Hendri Saparini.
Peneliti Senior IDEAS Ahsin Aligori menyatakan optimisme laju ekonomi di tengah pandemi tidak terlepas dari pemerataan daging kurban.
Riset IDEAS di tahun 2020 lalu, ternyata Jabodetabek merupakan pasar utama kurban terbesar di Indonesia dan secara pendistribusian mengalami surplus sampai 24.000 ton daging kurban yang berputar di wilayah tersebut sementara di wilayah lain mengalami defisit daging kurban.
"Dengan adanya kurban diharapkan bisa menjadi momentum pemerataan daging kurban ke pelosok secara adil. Sehingga masyarakat pedesaan dapat terpenuhi konsumsi protein hewani yang sampai saat ini masih terjadi ketimpangan, antara kota dengan desa mengenai konsumsi protein hewani." katanya.
Senada dengan itu pengamat ekonomi Aviliani menyatakan pandemi saat ini menambah jumlah kemiskinan, dengan adanya kurban bisa dimaksimalkan dalam membantu masyarakat dalam pemenuhan gizi, karena beban masyarakat di tengah pandemi ini tidak hanya untuk kebutuhan konsumsi, namun juga kebutuhan vitamin.
"Mayoritas pekurban adalah orang kaya di Jabodetabek dan pendistribusian kurban masih di area yang sama. Sehingga melalui Dompet Dhuafa dapat menyalurkan di luar Jabodetabek, bahkan di luar Pulau Jawa," katanya.
Sementara GM Pemberdayaan dan Pengembangan Zakat Dompet Dhuafa Sugeng Sri Widodo mengatakan, ada 11 sentra ternak tersebar di seluruh Indonesia yang menyuplai 13.064 setara domba dan kambing (doka).
Dia memaparkan keberadaan sentra ternak melibatkan para mustahik maupun masyarakat sekitar dalam upaya mendongkrak potensi masyarakat desa dengan pola pendampingan dan pelatihan , selain itu pengadaan stok hewan kurban juga didukung oleh partisipasi para mitra yang meliputi dari Aceh hingga Papua dengan ketersediaan stok dari 38.936 ekor hewan kurban setara doka.
"Justru dengan keadaan di tengah pandemi, Distribusi hewan kurban harus lebih banyak secara volume dan sebaran wilayahnya, agar semakin banyak masyarakat terdampak pandemi dapat terbantu," ujarnya.
Menurut dia, Dompet Dhuafa menargetkan mampu mendistribusikan lebih dari 52.000 ekor setara doka untuk perayaan Idul Kurban tahun ini.
"Berkurban tidak hanya sekedar membeli (binatang kurban) tetapi juga membina peternak kecil. Kita bisa menebarkan banyak kebaikan bukan hanya di daerah kita sendiri. Melainkan di wilayah lain yang jarang berkurban,” ujar Aviliani menambahkan.
Baca juga: Hikmah pandemi, peserta kurban di Riau Kompleks meningkat
Baca juga: PTPN V sembelih 317 hewan kurban di enam kabupaten