Jakarta (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan persoalan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta kehutanan Indonesia sangat kompleks dan memerlukan atensi semua elemen bangsa termasuk generasi penerus dalam membangunnya secara berkelanjutan.
"Kita membutuhkan generasi penerus sebagai pengelola lingkungan hidup dan kehutanan ke depan, yang dibekali pendidikan, pengetahuan dan leadership (kepemimpinan). Mereka adalah awal dari potensi untuk membangun dan menjaga lingkungan hidup, sebagai generasi muda yang mencintai Indonesia," kata Siti dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Senin.
Kualitas lingkungan akan menentukan masa depan, karena akan berdampak terhadap kualitas hidup manusia, seperti ekonomi, ketahanan pangan. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki, teknologi, perilaku serta komitmen juga menjadi faktor penting dalam keberlanjutan dan kualitas interaksi dengan lingkungan, dimana generasi muda saat ini sebagai penentu, ujar Siti saat berbicara dalam Program Pendidikan Green Leadership yang digagas Institut Hijau Indonesia.
Kepemimpinan Hijau adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin dalam menentukan kebijakan yang prolingkungan dan dapat mempengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan prolingkungan tersebut.
Sebagai negara yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia kini memiliki jumlah anak muda potensial penggerak perubahan yang sangat banyak.
Berdasarkan statistik, dari 270 juta penduduk Indonesia, sekitar 25,87 persen adalah generasi milenial yang ada pada kisaran usia 24 sampai dengan 39 tahun.
Lalu 27,94 persen adalah generasi Z yang berada pada kisaran usia 8 tahun sampai dengan 23 tahun. Potensi yang mereka miliki berupa idealisme, mobilitas tinggi dan dinamis, kepedulian dan kesetiakawanan sosial, inovatif dan kreatif serta keberanian dan keterbukaan, dapat dimaksimalkan untuk menjadi penggerak pelestarian sumber daya alam dan lingkungan Indonesia ke depan.
“Di era sekarang, generasi X (usia sekarang 40-55 tahun) pada umumnya merupakan pemimpin puncak di berbagai organisasi/perusahaan, generasi milenial sebagai manajemen madya dan generasi Z menjadi angkatan kerja baru," ujar Siti.
Sangat tepat bila kepedulian itu dilengkapi dengan pengetahuan mendalam tentang isu-isu aktual lingkungan hidup dan kecenderungan ke depan serta terbentuknya jejaring antar mereka yang potensial menjadi pemimpin di masa mendatang. Pendidikan Green Leadership tersebut secara khusus didedikasikan ke arah itu, dengan tetap mempertimbangkan kecenderungan generasi milenial dan generasi Z yang senang dengan hal-hal praktis, instan dan cepat.
Program yang bertujuan memunculkan kepemimpinan hijau tersebut akan memfasilitasi anak muda sebagai generasi penerus bangsa agar memiliki perspektif keadilan sosial dan lingkungan hidup dan keberpihakan kepada lingkungan hidup. Program tersebut ingin menjaring calon pemimpin yang berasal dari beragam latar belakang agar semua segmen dalam masyarakat memiliki calon pemimpin yang punya perspektif hijau dan keberpihakan nyata bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup.
Para peserta didik akan ditemani oleh para pemimpin, akademisi, praktisi, dan aktivis yang memiliki rekam jejak panjang dalam bidang masing-masing.
“Pendidikan lingkungan hidup bagi generasi muda sangatlah penting, sebab pendidikan lingkungan dapat mengubah pandangan dan perilaku seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karenanya pendidikan dan latihan yang dilakukan Institut Hijau sangat penting dan patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Tidak akan ada perubahan jikalau tidak ada pergerakan," ujar Siti.
Baca juga: Dipuji Presiden, teknologi nursery PT RAPP hasilkan produk ramah lingkungan
Baca juga: Membangun kepedulian lingkungan berkelanjutan lewat pendidikan
Pewarta: Virna P Setyorini