Pekanbaru (ANTARA) - Wali Kota PekanbaruFirdaus MT melarang pejabat dan jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat menerima atau memberi hadiah lebaran yang berhubungan dengan jabatan karena dianggap gratifikasi.
"Mereka jangan sampai meminta gratifikasi kepada satu pihak. Para ASN jangan memanfaatkan kondisi pandemi COVID-19 atau hari raya untuk melakukan tindakan yang koruptif," kata Firdaus MT di Pekanbaru, Rabu.
Wali Kota mengaku sudah menerbitkan surat edaran terkait pencegahan korupsi, dan pengendalian gratifikasi terkait hari raya di Kota Pekanbaru.
"Semua tindakan gratifikasi menimbulkan konflik kepentingan, bertentangan dengan kode etik hingga berisiko terkena sanksi pidana," katanya.
Ia juga melarang para ASN melakukan permintaan dana, sumbangan atau hadiah sebagai Tunjangan Hari Raya (THR) atau sebutan lainnya kepada pihak manapun.
"Andai tidak terelakkan, mereka yang menerima gratifikasi berupa makanan bisa menyalurkan bantuan sosial kepada panti asuhan, panti jompo atau lokasi lainnya," katanya.
Wako mengatakan, pejabat dapat dan harus melaporkan jika menemukan gratifikasi ke Unit Pengendalian Gratifikasi Kota Pekanbaru.
Ia juga mengimbau kepada seluruh perangkat daerah dan pejabat BUMD tidak boleh memberi gratifikasi dalam bentuk apapun.
Pimpinan asosiasi, perusahaan, korporasi dan masyarakat bisa menghindari praktek gratifikasi. Para ASN juga diingatkan agar tidak memakai fasilitas dinas untuk kepentingan pribadi.
"Kita juga ingatkan agar tidak ada yang memakai fasilitas dinas untuk kepentingan pribadi," tukasnya.
Baca juga: Pesanan hantaran Lebaran di Pekanbaru masih sepi akibat pandemi
Baca juga: Hantaran pernikahan Melayu di kota ini terus dilestarikan
Wako Pekanbaru larang pejabatnya terima dan beri hadiah lebaran
Pekerja merapikan parsel Lebaran di Toko Shintia, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Senin (26/4/2021). Pelaku usaha parsel mengeluhkan pandemi COVID-19 berdampak pada menurunnya permintaan parsel jelang Idul Fitri 1442 H, sehingga berdampak pada pengurangan jumlah pekerja hingga 50 persen untuk kurangi biaya produksi. (ANTARA/FB Anggoro)
