Minat Pekanbaru berinvestasi di bursa berjangka tumbuh positif di masa pandemi

id ekonomi riau,bursa berjangka ,pt rifan financindo berjangka,berita riau antara,berita riau terbaru

Minat Pekanbaru berinvestasi di bursa berjangka tumbuh positif di masa pandemi

Ilustrasi - Komoditas emas. (ANTARA/REUTERS/Neil Hall.)

"Emas atau locogold masih menjadi favorit para nasabah,
Pekanbaru (ANTARA) - Di masa pandemi COVID-19, perdagangan bursa berjangka di sebuah perusahaan swasta di KotaPekanbaru alami pertumbuhan nasabah sebesar 10,26 persen pada triwulan I 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Pada kurun waktu tiga bulan pertama tahun 2021 kami mampu menjaring 86 nasabah baru," kata Pimpinan Cabang RFB Pekanbaru Liwan Thio kepada awak media di Pekanbaru, Rabu.

Liwan mengatakan di masa pandemi minat berinvestasi di kalangan masyarakat Pekanbaru terus meningkat sehingga mendorong jumlah nasabah baru di industri perdagangan berjangka komoditi khususnya di Kota Pekanbaru.

"Sedangkan segmen nasabah yang bergabung untuk melakukan transaksi adalah kalangan ekonomi menengah atas dengan rata-rata umur di atas 35 tahun. Dari sisi demografi lainnya yaitu profesi rata rata dari kalangan pebisnis atau pengusaha," katanya.

Ia mengatakan, bahwa layanan prima menjadi kunci dalam mempertahankan pertumbuhan jumlah nasabah baru di setiap periode. Memahami kebutuhan nasabah dari segmen A+ bertumpu pada karakter dan gaya hidup mereka.

"RFB Pekanbaru menerjemahkan semua kebutuhan nasabah dengan melakukan kunjungan, layanan info market terkini, edukasi produk yang menyeluruh serta memberikan berbagai apresiasi atas loyalitas dan kepercayaan nasabah," kata Liwan.

Sehingga terbukti di triwulan pertama tahun ini, total volume transaksi RFB Pekanbaru juga mengalami peningkatan meski tipis yaitu sebesar 0,58% menjadi 29.815 lot dibandingkan tahun lalu pada posisi yang sama sebesar 29.644 lot.

Menurut Liwan, kecilnya pertumbuhan volume transaksi pada triwulan pertama, dikarenakan orang masih menahan transaksi harga emas yang cenderung volatile lantaran penemuan vaksin dan tingkat imbal hasil obligasi US yang tinggi.

Sementara itu untuk produk derivatif berjangka lainnya seperti indeks Hang Seng dan Nikkei masih cenderung stagnan.

"Emas atau locogold masih menjadi favorit para nasabah. Namun sejak Januari, harga emas mengalami naik turun yang signifikan sehingga membuat nasabah cukup berhati-hati untuk melakukan transaksi agar tidak terdampak risiko yang dalam," tukas Liwan.

Baca juga: Harga minyak mentah di bursa berjangka menguat picu naiknya harga sawit Riau

Baca juga: Harga emas terus anjlok 28,6 dolar di bawah 1.700 dolar

Baca juga: Pengaruh virus corona, emas naik ke tertinggi dalam tujuh tahun