Seoul (ANTARA) - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendesak pejabat partai yang berkuasa untuk melakukan pekerjaan dan pengorbanan "Arduous March" (Maret yang Berat) lain, seraya menghubungkan krisis ekonomi saat ini dengan periode kelaparan dan bencana pada 1990-an itu, media pemerintah melaporkan pada Jumat,
"Arduous March" adalah istilah yang diadopsi oleh para pejabat untuk mengumpulkan warga selama kelaparan yang menewaskan sebanyak 3 juta warga Korea Utara setelah jatuhnya Uni Soviet, yang telah menjadi pendukung utama pendiri komunis Pyongyang.
Baca juga: Kim Yo Jong, adik pemimpin Korut kecam presiden Korsel karena kritik uji coba rudal
Periode ini sering dibicarakan sebagai peristiwa bersejarah, tetapi perbandingan Kim dengan masalah saat ini muncul setelah dia awal pekan ini mengatakan negara itu menghadapi "situasi terburuk yang pernah ada."
Komentarnya dibuat dalam pidatonya pada Kamis (8/4) pada penutupan konferensi untuk pejabat Partai Pekerja Korea (WPK) tingkat rendah, di mana dia telah mendesak mereka untuk lebih proaktif dan bertanggung jawab dalam melaksanakan rencana ekonomi lima tahun baru negara itu, yang diadopsi pada kongres partai pada Januari.
"Saya memutuskan untuk meminta organisasi WPK di semua tingkatan ... untuk melakukan 'Arduous March' yang lebih sulit untuk meringankan rakyat kita dari kesulitan, sekalipun kecil," kata Kim, menurut laporan kantor berita negara KCNA.
Partai harus menghargai kesetiaan rakyat dan menjadi "pelayan" sejati bagi mereka, katanya sebagaimana yang dikutip.
Korea Utara belum melaporkan satu kasus pun yang dikonfirmasi soal virus corona baru, tetapi pejabat Amerika dan Korea Selatan meragukan anggapan bahwa Korut telah lolos dari COVID-19.
Negara itu mengakhiri hampir semua perjalanan lintas batas, membatasi perdagangan, dan memberlakukan pembatasan lain untuk mencegah wabah.
Langkah-langkah itu, dikombinasikan dengan sanksi internasional yang sedang berlangsung yang diberlakukan atas senjata nuklir Korea Utara dan program rudal balistik, telah merugikan ekonomi negara dan meningkatkan kekhawatiran akan krisis kemanusiaan.
Panel ahli independen yang memantau sanksi PBB baru-baru ini melaporkan bahwa kelompok bantuan internasional sedang berjuang untuk menjangkau wanita dan anak-anak yang rentan di Korea Utara karena penguncian pandemi, menyebabkan ratusan ribu orang berpotensi tanpa akses ke nutrisi yang dibutuhkan.
Seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Masyarakat Korea Utara merilis pernyataan pada Selasa (6/4)yang menyangkal bahwa ada anak yang menghadapi kekurangan gizi, dan bahwa laporan semacam itu bertujuan untuk menodai citra negara.
Baca juga: Istri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tampil di depan umum setelah setahun
Baca juga: Kim Jong Un sebut AS tetap musuh terbesar Korut meski berganti presiden
Sumber: Reuters
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Berita Lainnya
Akibat erupsi Gunung Ruang, 18 flight dari Bandara Sam Ratulangi dibatalkan
30 April 2024 17:01 WIB
Seleksi CASN segera dibuka, Azwar Anas minta instansi kebut rincian formasi
30 April 2024 16:43 WIB
Mendagri Tito Karnavian apresiasi kinerja dan loyalitas Sekjen Kemendagri
30 April 2024 16:36 WIB
Rupiah melemah terhadap dolar AS seiring sikap investor tunggu hasil pertemuan FOMC
30 April 2024 16:14 WIB
Pemerintah sambut baik niat BYD bangun fasilitas pengembangan EV di Indonesia
30 April 2024 16:05 WIB
Legislator ingatkan tempat penampungan hewan tak cemari lingkungan sekitar
30 April 2024 15:52 WIB
Menag: Fatwa Ulama Saudi sebut haji non prosedural ibadahnya dianggap tidak sah
30 April 2024 15:42 WIB
Presiden Jokowi bertolak ke Banyuwangi serahkan sertifikat tanah elektronik
30 April 2024 14:55 WIB