Pekanbaru, (antarariau) - Sebanyak 33 imigran gelap asal Palestina, Irak dan Iran yang baru saja dipindahkan dari Kota Mataram menolak ditempat di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Riau, dengan menggelar aksi protes berupa pemblokiran jalan masuk ke Rudenim hingga mengancam bakal melakukan bunuh diri.
"Kalau tidak ada yang merespon tuntutan kami, saya akan bunuh diri dan saya bunuh juga keluarga saya daripada harus tinggal di tempat itu (Rudenim)," kata seorang imigran Palestina, Hasan, saat protes di Rudenim Pekanbaru, Senin.
Puluhan imigran tersebut tiba di Rudenim Pekanbaru sekitar pukul 13.30 WIB dengan menggunakan tiga bus sewaan dari Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Mereka dikawal sekitar 20 petugas Polda Nusa Tenggara Barat (NTB). Suasana tegang sudah terasa ketika mereka tiba di Rudenim, dan aksi protes "meledak" di ruang lobi gedung dua lantai itu.
"Kami terus dibohongi, katanya kami akan ditempatkan di daerah yang layak bukan tempat ini yang seperti penjara," kata Hasan ditangkap di Mataram bersama isteri dan tiga anaknya.
Puluhan imigran gelap menolak masuk Rudenim dan bertahan di pelataran parkir. Ketegangan makin memuncak ketika Hasan berusaha mencekik dirinya sendiri, yang membuat anak-anak dan kaum ibu berteriak histeris.
Para imigran menolak ditempatkan di Rudenim karena tempat itu bercampur dengan ratusan imigran gelap lainnya. Sebab, belasan dari 33 imigran itu merupakan anak-anak dan remaja perempuan.
Selain itu, mereka juga merasa takut karena ruang Rudenim dilengkapi dengan jeruji besi, sehingga merasa mereka mengira tempat itu adalah penjara.
Sekitar 20 petugas Polda NTB dan petugas imigrasi tidak bisa berbuat banyak melihat aksi protes itu. Bahkan, para imigran memblokir jalan masuk ke Rudenim untuk menghalangi truk polisi.
"Kalau Anda punya keluarga dan punya anak, apakah Anda mau ditempatkan di gedung seperti itu (Rudenim)," kata seorang ibu imigran sambil berteriak histeris.
Kasubag Biro Ops Polda Nusa Tenggara Barat, Kompol Dewa Made Sidan, para imigran itu sebagian besar warga negara Palestina. Menurut dia, para imigran tertangkap saat berusaha menuju Australia melalui NTB.
"Mereka kaget karena selama sekitar sebulan di Mataram mereka ditempatkan di sebuah wisma, karena tidak ada Rudenim di Mataram," ujarnya.
Pihak imigrasi terus berusaha melakukan pendekatan persuasif kepada imigran, meski begitu dialog yang sudah terjadi sekitar dua jam berlangsung dengan alot. Petugas imigran terus meyakinkan bahwa telah disiapkan delapan ruangan khusus bagi imigran yang sudah berkeluarga, terpisah dari ruang utama yang memiliki jeruji besi.
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi Rudenim kini mulai penuh sesak karena sudah menampung 132 imigran gelap dari berbagai negara. Para imigran gelap yang baru dipindahkan hingga berita ini diturunkan tetap bertahan di pelataran parkir.
Meski begitu, kondisi imigran mulai terlihat tenang dan tidak lagi berteriak histeris.