Amerika Serikat telah izinkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,vaksin

Amerika Serikat telah izinkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer

Presiden AS terpilih Joe Biden terlihat membuat pernyataan, tentang rencananya melawan COVID-19, di monitor televisi Ruang Pengarahan Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Senin (9/11/2020), setelah perusahaan farmasi raksasa Pfizer menyatakan efektivitas pengujian vaksin COVID-19 adalah lebih dari 90 persen. (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/AWW/djo)

Bengaluru (ANTARA) - Badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) pada Jumat (11/12) mengizinkan penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer Inc dan penyuntikan pertama vaksin diperkirakan akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang.

Perkembangan itu menandai titik balik di negara itu, yang telah didera pandemi virus corona hingga 292.000 orang meninggal karena penyakit itu.

Baca juga: Erick Thohir: Kementerian BUMN ditargetkan vaksin mandiri untuk 75 juta orang

FDA memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin tersebut, yang dikembangkan dengan mitra Jerman BioNTech, yang berdasarkan uji coba tahap akhir terbukti 95 persen efektif dalam mencegah penyakit itu.

FDA mengatakan vaksin dapat diberikan pada orang yang berusia 16 tahun ke atas. Petugas kesehatan dan orang tua di panti jompo direncanakan menjadi kalangan penerima utama dalam tahap pertama persediaan 2,9 juta dosis.

Pemerintah AS mengatakan akan mulai mendistribusikan vaksin di seluruh negeri segera setelah otorisasi FDA, dan penyuntikan pertama akan dilakukan awal minggu depan.

Jutaan orang Amerika dapat mulai divaksinasi pada Desember, terutama jika vaksin kedua dari Moderna Inc disetujui secara cepat.

Vaksin Pfizer/BioNTech pertama kali disetujui di Inggris awal Desember dan penduduk Inggris mulai menerima suntikan pada Selasa (8/12). Kanada juga mengesahkan vaksin tersebut dan berharap sudah bisa melakukan vaksinasi minggu depan.

Meksiko dan Bahrain juga telah menyetujui vaksin tersebut.

Izin dari FDA itu keluar pada saat infeksi, rawat inap, dan kematian melonjak hingga mencapai rekor di AS, yang gagal meningkatkan upaya terkoordinasi untuk memperlambat penyebaran virus.

Awal pekan ini, total kematian satu hari karena COVID-19 mencapai 3.000, sementara unit perawatan intensif rumah sakit di seluruh negeri hampir mencapai kapasitas. Keadaan itu dilihat mengancam sistem perawatan kesehatan, yang telah kewalahan.

Perusahaan-perusahaan lain yang vaksinnya berada dalam pengembangan lanjutan termasuk Moderna --yang mungkin akan mendapatkan izin penggunaan darurat di AS segera minggu depan, AstraZeneca Plc dengan Universitas Oxford, dan Johnson & Johnson.

BioNTech mulai mengembangkan vaksin pada Januari 2020 dengan menggunakan teknologi yang disebut RNA, pembawa pesan sintetik (mRNA) yang belum menghasilkan produk yang disetujui.

Teknologi itu menggunakan pembawa pesan kimiawi untuk menginstruksikan sel membuat protein untuk meniru bagian dari virus corona baru, yang dipelajari oleh sistem kekebalan sebagai penyerang. BioNTech mencapai kesepakatan pengembangan dengan Pfizer pada Maret.

Vaksin tersebut hadir dengan tantangan distribusi yang kompleks karena harus dikirim dan disimpan pada suhu -70 Celcius (-94 F), sehingga membutuhkan lemari es ultra-dingin khusus atau pasokan es kering.

Vaksin Moderna menggunakan teknologi yang sama tetapi tidak perlu disimpan pada suhu sub-Arktik.

Pfizer telah mengembangkan wadah pengiriman khusus yang akan diisi dengan es kering agar vaksin tidak rusak. Banyak negara bagian khawatir tentang apakah es kering cukup tersedia untuk pengiriman ke daerah pedesaan yang tidak memiliki lemari pendingin khusus, tetapi Pfizer yakin harus ada pasokan yang cukup.

Upaya AS untuk mendapatkan vaksin telah menjadi respons sentral terhadap pandemi dari pemerintahan Trump, yang sebagian besar telah membuat negara bagian berjuang sendiri.

Baca juga: Riau akan dapat empat juta vaksin COVID-19, begini penjelasannya

Baca juga: MPR dukung pemerintah lobi industri farmasi untuk penuhi kebutuhan vaksin


Sumber : Reuters

Penerjemah: Azis Kurmala