Pekanbaru (ANTARA) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau menyatakan bahwa tingkat partisipasi pemilih pada pilkada di Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir naik dibandingkan pilkada sebelumnya, meski digelar di tengah pandemi COVID-19.
Anggota KPU Provinsi Riau Nugroho Notosusanto dalam pernyataan pers, di Pekanbaru, Sabtu, mengatakan jumlah masyarakat yang menggunakan hak pilih pada Pilkada Kabupaten Pelalawan meningkat dari 69 persen menjadi 79 persen. Sedangkan untuk pilkada di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), partisipasi pemilih meningkat dari 60 persen menjadi 70 persen.
"Ini tidak terlepas dari sinergi semua pihak, termasuk ditopang oleh tingkat kesadaran masyarakat yang semakin membaik. Ini membuktikan bahwa pilkada saat pandemi bisa terlaksana dan berjalan lanjar tentu didukung dengan kedisiplinan dalam menerapkan protokoler kesehatan," kata Nugroho.
Menurut dia, dari sembilan kabupaten/kota yang menggelar pesta demokrasi serentak pada tahun ini, baru tiga kabupaten dan kota yang angka partisipasi pemilihnya sudah ditentukan. Meski begitu, ia mengatakan ada juga tingkat partisipasi warga yang turun dalam penyelenggaraan pilkada saat pandemi, seperti di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul).
"Untuk Kabupaten Rokan Hulu partisipasi pemilihnya turun, tapi tidak signifikan. Dari 72 persen menurun menjadi 71 persen, karena ada salah satu kecamatan di sana tingkat partisipasi pemilihnya di bawah 50 persen, sehingga berkonstribusi terhadap penurunan di Rohul. Untuk enam kabupaten/kota lainnya, kami sedang menunggu," katanya lagi.
Baca juga: Bawaslu Riau apresiasi kinerja KPU walau terdapat 76 TPS bermasalah
Pengamat politik Tito Handoko menilai, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pilkada tahun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya penggunaan platform digital saat berkampanye. Penggunaan media digital dinilai sangat efektif, mengingat situasi pandemi mengharuskan peserta pilkada membatasi pertemuan saat berkampanye.
"Saya sempat melihat google trend, penggunaan platform digital meningkat saat pilkada. Ternyata metode ini sangat efisien, juga dapat mengurangi biaya politik jika dibandingkan kampanye akbar," katanya pula.
Menurut analisa Tito, faktor cukup unik berikutnya yang dapat mendongkrak jumlah partisipasi pemilih, yakni pembatasan jumlah pertemuan saat kampaye maksimal 50 orang dalam setiap pertemuan.
Jika dibandingkan kampanye akbar, ternyata metode pembatasan jumlah orang yang hadir dalam setiap pertemuan berdampak positif terhadap pesan yang diberikan peserta pilkada kepada konstituennya.
"Dampaknya bagus, karena dengan dibatasi terjadi aksi reaksi dari dialog antara kandidat dengan warga. Pesan juga disampaikan dengan baik, ada komunikasi yang tercipta secara natural dalam pembedahan visi dan misi, sehingga mendorong kesadaran politik dan angka partisipasi publik," kata dia.
Dia mengatakan, kondisi ini cukup unik di tengah kontroversi penyelenggaraan pilkada di tengah pandemi.
Baca juga: KPU Riau gelar Pemungutan Suara Ulang di empat TPS Sabtu dan Minggu
Baca juga: Ini hasil sementara perolehan suara tujuh selebritas pada Pilkada 2020
Berita Lainnya
Jelang Pilkada 2024, KPU Meranti rekrut ulang PPK dan PPS
04 May 2024 20:21 WIB
Mendagri nyatakan Pilkada Serentak 2024 tak dipercepat ke September
03 May 2024 10:52 WIB
Wapres: Jaga pengalaman nilai demokrasi jelang pelaksanaan Pilkada serentak
01 March 2024 16:11 WIB
Pemungutan suara Pilkada 2024 secara serentak digelar 27 November
11 January 2024 14:56 WIB
KSP: Pemerintah tetap akan laksanakan pilkada serentak 2024 sesuai jadwal
14 July 2023 15:33 WIB
Pemprov Riau matangkan persiapan pilkada serentak
27 March 2023 16:54 WIB
BPKAD akui belum terima usulan anggaran pilkada serentak 2024
16 February 2023 10:11 WIB
KPU dan Bawaslu Riau samakan persepsi sukseskan Pilkada serentak
11 August 2022 5:35 WIB