New York (ANTARA) - Harga minyak memperpanjang penurunan untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah OPEC dan sekutunya meninggalkan pasar dalam ketidakpastian dengan menunda pertemuan formal untuk memutuskan apakah akan menaikkan produksi pada Januari.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari turun 46 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap pada 47,42 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) terpangkas 79 sen atau 1,7 persen, menjadi ditutup di 44,55 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga minyak anjlok, lonjakan kasus virus angkat kekhawatiran permintaan
Harga minyak memperpanjang kerugian dalam perdagangan pascapenyelesaian setelah data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 4,1 juta barel pekan lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 2,4 juta barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu lainnya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, menunda pembicaraan tentang kebijakan produksi tahun depan hingga Kamis (3/12/2020) dari Selasa (1/12/2020), kata sumber.
OPEC+ diperkirakan akan mengurangi pengurangan produksi saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) sebesar dua juta barel per hari mulai Januari.
Namun, kelompok tersebut telah mempertimbangkan untuk memperpanjang pemotongan yang ada sekitar 8,0 persen dari permintaan global hingga bulan-bulan pertama 2021, posisi yang didukung oleh pemimpin de facto OPEC Arab Saudi, kata sumber. Rusia, sementara itu, mendukung peningkatan bertahap.
Pasokan tambahan akan merusak reli baru-baru ini yang membuat harga melonjak sekitar 27 persen pada November, dan beberapa negara khawatir tentang harga yang lebih rendah karena permintaan tetap lemah dan infeksi COVID-19 melonjak.
"Grup mungkin akan menemukan beberapa kompromi untuk menyelamatkan muka, dengan perpanjangan jangka pendek menjadi hasil yang paling mungkin diikuti oleh pengembalian produksi bertahap,” kata Helima Croft dari Royal Bank of Canada.
"Meskipun demikian, perseteruan terbaru ini bukan pertanda baik untuk kohesi kolektif pada 2021 saat optimisme vaksin meningkat dan produsen mengantisipasi pemulihan yang kuat," tambah Croft.
Kedua acuan minyak telah reli baru-baru ini di tengah harapan bahwa vaksin COVID-19 akan meningkatkan ekonomi global dan permintaan bahan bakar, dibantu oleh ekspektasi bahwa produsen-produsen minyak akan mengendalikan produksi dengan ketat di tengah gelombang baru virus.
"Gangguan nyata dalam diskusi OPEC yang telah memaksa penundaan dalam pertemuan zoom OPEC+ hingga Kamis (3/12/2020) telah menghentikan momentum kenaikan harga minyak yang terbukti cukup mengesankan bulan lalu," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Jajak pendapat Reuters terhadap 40 ekonom dan analis memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata 49,35 dolar AS per barel tahun depan.
Baca juga: Harga minyak mentah dunia sentuh posisi terendah 5 bulan, saham Asia perpanjang kerugian
Baca juga: Harga minyak mentah jatuh dipicu kebuntuan stimulus AS dan kenaikan stok
Pewarta : Apep Suhendar
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB