Kemenperin dorong investasi pengembangan baterai untuk kendaraan listrik

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,mobil listrik

Kemenperin dorong investasi pengembangan baterai untuk kendaraan listrik

Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana melakukan uji coba penukaran baterai untuk kendaraan listrik din halaman Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Senin. (ANTARA/Afut Syafril)

Jakarta (ANTARA) - Direktur Industri Logam Direktorat Jenderal ILMATE Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Susanto mengemukakan bahwa pihaknya terus mendorong investasi pengembangan baterai untuk kendaraan listrik guna mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pemain utama industri kendaraan listrik (electric vehicle).

"Kemampuan penguasaan teknologi baterai dan keuntungan Indonesia memiliki sumber bahan baku penyusun baterai litium seperti nikel, kobalt, mangan, aluminium dan ferrum yang cukup melimpah merupakan kunci utama bagi Indonesia untuk menciptakan keunggulan yang kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen kendaraan listrik lainnya,” kata Budi lewat keterangan resmi diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: Mobil listrik Volkswagen akan jadi alat transportasi umum di Pulau Astypalea

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier menyatakan usia baterai listrik bisa mencapai 10-15 tahun. Artinya, sepuluh tahun ke depan perlu dipersiapkan fasilitas recycling (daur ulang) untuk memperoleh nilai tambah baru, baik berupa material di dalamnya seperti litium, nikel, kobalt, mangan dan copper.

Selain itu, menurut Taufiek, penguasaan teknologi recycling perlu dipikirkan dari sekarang seperti hydrometalurgi dan juga penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik termasuk kemampuan baru dalam pemrosesan baterai listrik.

Baterai listrik terdiri dari cell, modul dan pack yang masing masing diikat kuat oleh perekat yang membutuhkan keahlian khusus mengingat prasyarat safety dan treatment baterai listrik berbeda dengan treatment baterai non-litium.

"Setiap cell atau modul, dan pack berbeda bentuk, ada yang silinder atau prismatik. Semuanya berbeda tipe di setiap mobil listrik,” tuturnya.

Dengan demikian mengingat kompleksitas proses daur ulang baterai listrik, diperlukan penggunaan teknologi modern dalam proses tersebut.

"AI dan robotik menjadi diperlukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses daur ulang sehingga potensi kecelakaan menjadi berkurang,” ujarnya.

Selain itu, menurut Taufiek, proses daur ulang dapat meningkatkan pemanfaatan material, baik litium dan mangan yang berupa karbonat dan nikel, serta kobalt berupa sulfat yang dapat diperoleh dengan maksimal sehingga proses circular ekonominya mencapai titik optimal.

"Namun demikian, yang terpenting adalah mobil listrik dan baterai listrik dapat diproduksi di dalam negeri. Investasi ke arah sana tentunya dipersiapkan untuk membuka tenaga kerja dengan skill yang baru dan meningkatkan hilirisasi sumber daya alam nasional berupa nikel, kobalt, maupun mangan," tegasnya.

Baca juga: Wuling Hong Guang Mini EV ini harganya Rp60 jutaan

Baca juga: Citroen akan "gempur" pasar mobil listrik di Asia mulai 2022


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta