Jakarta (ANTARA) - Film dari studio Gold Valley sudah dijadwalkan untuk merilis film animasi "Kung Fu Mulan" selama liburan Hari Nasional mulai 3 Oktober di bioskop China.
Mengutip dari Variety, Senin, hal ini menyusul ketidakpuasan penonton di China yang menonton film live action yang baru-baru ini dibuat oleh Disney.
"Kung Fu Mulan" akan bersaing dengan sesama animasi China lainnya termasuk "Jiang Ziya: Legend of Deification," "My People, My Homeland" dan drama olahraga "Leap."
Baca juga: Ini daftar drama Korea terbaru bulan ini di Netflix
"Ketika animasi Disney 'Mulan' keluar pada tahun 1998 dan penonton global menganggapnya sebagai cerita yang hebat, orang-orang China sangat terkejut. Tetapi banyak dari kita juga merasa bahwa karakter yang Anda lihat dalam cerita itu lebih merupakan seorang gadis Amerika daripada seorang gadis China,” jelas Karen Luo, produser eksekutif dan kepala operasi internasional di Gold Valley.
"Kami ingin membuat cerita yang lebih sesuai dengan selera estetika China dan bentuk ekspresi. Meskipun anggaran kami jauh dari rata-rata "Mulan" baru yang dirilis Disney, kami memiliki keyakinan yang besar," imbuh Luo.
Bicara tentang anggaran produksi, “Mulan” versi 2020 Disney adalah film termahal yang pernah disutradarai oleh seorang wanita dengan biaya sekitar 200 juta dolar AS.
Sementara itu, Gold Valley membuat “Kung Fu Mulan” hanya dengan 15 juta juta dolar saja.
Namun, studio mengklaim bahwa sebanyak 180 ribu orang telah tertarik untuk menonton film animasi Gold Valley di aplikasi tiket Maoyan, metrik utama yang digunakan oleh bioskop dan distributor untuk mengukur minat penonton.
Sementara, “Mulan” dari Disney hanya sedikit di depan, dengan 216 ribu klik atau minat. Biasanya, penghitungan di atas 100 ribu menandai bahwa sebuah film memiliki potensi komersial.
Terlepas dari apakah film tersebut menjadi hit atau tidak, pandangan pencipta tentang proyek tersebut menerangi gaya patriotisme yang didorong dalam cerita khas China dan ditampilkan secara penuh di film-film terbesar tahun ini.
Ini juga menyoroti mengapa banyak pemirsa muda China yang bangga dan nasionalis merasa bahwa "Mulan" versi 2020 dari Disney tidak begitu berhasil.
COO Gold Valley Allen Tsang menguraikan hal ini, mengatakan bahwa sudah ketinggalan zaman untuk berpikir bahwa kaum muda China akan tertarik pada retorika sekolah lama tentang "tugas" dan "kehormatan."
“Orang Amerika merasa kami ingin melihat versi paling tradisional dari 'Mulan,' tetapi saat Anda melihat (animasi blockbuster terbaru) 'Nezha' atau 'Monkey King: Hero is Back,' jelas bahwa yang kami inginkan adalah memperbarui cerita yang lama dan menghubungkannya lebih dengan apa yang kontemporer dan kehidupan modern kaum muda," kata Tsang.
Baca juga: Samuel L. Jackson kembali jadi Nick Fury dalam serial terbaru Marvel di Disney Plus
Baca juga: Arbani Yasiz dan Maizura bintangi film serial "Ada Dewa di Sisiku"
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB