Pekanbaru (ANTARA) - Pagi itu, Rabu, 6 Juli 1998. Manager Tim Pengembangan Masyarakat (Community Development) PT Caltex Pacific Indonesia, atau kini bernama PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), mengirimkan sebuah surat elektronik kepada sejumlah koleganya di tim Teknologi Informasi (Information Technology). Dia mengabarkan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekanbaru, atau kini bernama Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska), segera bergerak untuk pendirian Jurusan Teknik Informatika.
Kabar ini mengejutkan tim dari PT CPI. Mereka tak menyangka rencana tersebut akan direalisasikan dalam waktu yang begitu dekat. Rasanya baru kemarin rencana itu dibahas dalam pertemuan manajemen PT CPI dan Rektor UIN Suska yang kala itu dijabat oleh Profesor Amir Luthfi.
"Rencana mendirikan jurusan Teknik Informatika ini tertuang dalam rencana strategis UIN Suska tahun 1998. Rencana tersebut sebelumnya juga didiskusikan bersama forum rektor se-Riau, di mana disimpulkan kami akan mengembangkan jurusan teknik informatika sedangkan universitas lain akan fokus pada bidang-bidang studi lainnya," kata sang rektor, seperti diabadikan dalam Majalah Warta Caltex edisi 58 tahun 1999. Warta Caltex merupakan majalah internal di PT CPI.
Guna mewujudkan rencana tersebut, UIN Suska coba menjalin kerja sama dengan PT CPI, sebuah perusahaan multinasional di industri migas yang juga memiliki wilayah operasi di Riau. Profesor Amir Luthfi begitu yakin bahwa dengan menggandeng perusahaan sekelas PT CPI, UIN Suska akan mampu meletakkan fondasi yang kuat bagi pendirian jurusan baru tersebut. Pengalaman para tenaga profesional di PT CPI bakal menjadi ”aset” berharga. Dalam menjalankan operasinya, PT CPI didukung dengan peralatan teknologi informasi yang mutakhir.
Pada tahun 1999, jurusan Teknik Informatika pun lahir di kampus UIN Suska. Saat itu, terdapat 10 orang tenaga profesional dari pegawai PT CPI yang secara sukarela berjibaku menularkan ilmunya. Mereka menjadi pengajar di luar jam kerja.
Kelahiran jurusan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Sains dan Teknologi, setelah menyusul berdirinya jurusan Teknik Industri pada 2001.
Teknik perminyakan pertama di Riau
Komitmen PT CPI dan para pegawainya terhadap pendidikan tinggi di Riau tak perlu diragukan. Jauh sebelumnya, tepatnya pada tahun 1986, pegawai PT CPI juga pernah membidani lahirnya program studi Teknik Perminyakan di Universitas Islam Riau (UIR). "Beberapa pegawai PT CPI yang tergabung dalam Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung dan segenap pimpinan staf dosen Fakultas Teknik UIR berkolaborasi untuk mendirikan program studi Teknik Perminyakan," kenang Rektor UIR Prof. Dr. Syafrinaldi SH MCL. Saat itu, belum ada perguruan tinggi di Riau yang memiliki program studi teknik perminyakan.
Dengan segala upaya dan kemampuan, program studi Teknik Perminyakan UIR akhirnya resmi berdiri pada 22 Mei 1986. Kala itu, ada dua program studi yang secara resmi dibuka bersamaan, yakni Teknik Perminyakan dan Teknik Mesin.
Pada awal pembukaan, para pegawai PT CPI ikut berjibaku mendedikasikan waktu, ilmu, bahkan materi. Mereka rela menjadi dosen paruh waktu. "Teknik Perminyakan memang banyak dibantu oleh PT CPI bahkan hingga saat ini. Yang terbaru adalah pendirian Migas Center di kampus kami," kata Prof. Dr. Syafrinaldi.
PT CPI juga membantu UIR melalui program Kemitraan dengan Perguruan Tinggi/University Relationship Program (URP). Melalui program ini, mahasiswa Teknik Perminyakan UIR berkesempatan magang di sejumlah kampus di luar negeri.
Peminat Teknik Perminyakan UIR terus meningkat dari tahun ke tahun. "Alhamdulillah, ada salah satu lulusan kami yang sudah berhasil menduduki posisi general manager di salah satu perusahaan migas nasional," ungkapnya.
Prof. Dr. Syafrinaldi mengucapkan banyak terima kasih kepada PT CPI. "Tanpa dukungan PT CPI, rasanya sulit UIR memiliki program studi Teknik Perminyakan," tuturnya.
Politeknik swasta terbaik
Kontribusi lain yang juga monumental adalah berdirinya Politeknik Caltex Riau (PCR) pada awal tahun 2000. Pendirian politeknik pertama di Riau itu bermula dari kegundahan Gubernur Riau saat itu, Saleh Djasit. Sang Gubernur ingin SDM Riau memiliki kompetensi di bidang-bidang yang dibutuhkan industri, menjadi agent of change, membangun kapasitas kewirausahaan (entrepreneurship), serta menumbuhkan usaha kecil-menengah. Saleh Djasit ingin mempersiapkan anak-anak Riau untuk bersaing secara global.
Pemikirannya itu kemudian disampaikan dan didiskusikan bersama PT CPI. Dari situlah kemudian lahir ide untuk mendirikan sebuah politeknik. "Kami menargetkan bahwa alumni PCR harus mampu meraih kesempatan kerja di industri mancanegara," kenang Syaifuddin Abdullah, Project Manager dan Direktur PCR kala itu.
Pada 2000, Yayasan Politeknik Caltex Riau didirikan bersamaan dengan pembangunan kampus. Kampus didirikan di atas lahan hibah dari Pemprov Riau. Awalnya, PCR hanya memiliki tiga program studi jenjang D-III. Saat ini, mereka memiliki 10 program studi jenjang D-III dan D-IV. PCR sudah mencetak lebih dari 3.500 lulusan.
Baru-baru ini PCR membuka pendaftaran Program Studi Magister (S2) Terapan Teknik Komputer. "PCR menjadi perguruan tinggi pertama di Sumatera yang membuka program studi tersebut," kata Direktur PCR Dr. Dadang Syarif Sihabudin Sahid. Pembukaan program magister ini sudah mendapatkan izin dari Kemendikbud melalui Surat Keputusan tertanggal 15 Mei 2020.
Sembilan belas tahun kehadiran PCR memberikan kebanggaan bagi masyarakat Riau. PCR meraih berbagai prestasi di tingkat regional maupun nasional, di antaranya predikat sebagai politeknik swasta terbaik di Indonesia secara berturut-turut dalam beberapa tahun terakhir. Lalu pada Tahun 2019, PCR menerima Anugerah Widyapadhi Politeknik dari Kementerian Ristek dan Dikti untuk kategori Manajemen Inovasi.
Sekitar 65 persen lulusan PCR berhasil diserap dunia kerja dalam rentang waktu 0 hingga 6 bulan setelah wisuda. Bahkan, berdasarkan data tracer study tahun 2018 untuk lulusan tahun 2016, sebanyak 80,24 persen lulusan PCR sudah diterima di dunia kerja. Mereka kini tersebar di berbagai perusahaan nasional maupun multinasional, baik itu di dalam negeri maupun di mancanegara.
PCR dikelola dengan pendekatan smart campus, di mana menggunakan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan secara mandiri. Mulai dari aplikasi akademik, kemahasiswaan, keuangan, kepegawaian dan aplikasi pendukung lainnya sudah diintegrasikan dan diimplementasikan dengan baik.
Keunggulan lain dari PCR adalah penerapan nilai-nilai layaknya di sebuah perusahaan berkelas dunia. PCR dikelola dengan mengadopsi nilai-nilai dan profesionalisme PT CPI, di antaranya integritas, kinerja tinggi, keberagaman, inklusi, keselamatan, dan ramah lingkungan. Nilai-nilai budaya organisasi seperti itulah yang menjadi keunggulan komparatif lulusan PCR yang saat ini sudah lebih dari 3.500 orang.
PCR merupakan salah satu contoh sukses dari sebuah program investasi sosial Perusahaan, atau lazim dikenal sebagai Corporate Social Responsibility.
Program investasi sosial
Bidang Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan merupakan salah satu fokus program investasi sosial PT CPI. Bidang-bidang lain yang menjadi fokus adalah Kesehatan, Pemberdayaan Ekonomi Lokal, serta Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati.
Menurut Sr. VP Corporate Affairs PT CPI Wahyu Budiarto, program investasi sosial PT CPI bertujuan mendorong terciptanya kemandirian masyarakat. Karena itu, program-program yang dijalankan lebih bersifat strategis, bukan sekadar berupa charity atau sumbangan yang hanya bermanfaat jangka pendek.
Program-program PT CPI di bidang pendidikan dan pelatihan antara lain Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja (Workforce Development Program), Darmasiswa Chevron Riau (DCR), Politeknik Caltex Riau (PCR) dan Politeknik Aceh, Program Kemitraan Universitas, bantuan kepada pelajar Suku Sakai, program magang, dan masih banyak yang lainnya. (Adv)
Lewat edukasi, PT CPI wujudkan mimpi anak negeri, dari teknik perminyakan pertama hingga Politeknik terbaik
Pengalaman para tenaga profesional di PT CPI bakal menjadi ”aset” berharga