Pekanbaru (ANTARA) - Program pengeboran sumur baru PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang masif dan agresif berkontribusi positif terhadap tingkat produksi Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Sejak awal tahun hingga Rabu (11/5), PHR WK Rokan berhasil mengebor 145 sumur baru, atau rata-rata lebih dari satu sumur per hari. Kerja keras tersebut untuk mencapai target pengeboran 400-500 sumur baru di WK Rokan pada tahun ini.
Pengeboran sumur-sumur baru di WK Rokan sejauh ini berkontribusi rata-rata lebih dari 12.000 barel minyak per hari (BOPD), sehingga dapat menjaga tingkat produksi di WK migas terbesar kedua di tanah air tersebut.
"Kontribusi dari sumur-sumur pengembangan terus menunjukkan tren menaik. PHR alkan menambah rig lagi agar dapat meningkatkan produksi di WK Rokan," ungkap Dirut PHR Jaffee A dalam keterangan di Pekanbaru, Jumat.
Tahun ini PHR berencana menambah jumlah rig hingga menjadi 26 rig pengeboran dan 47 rig workover/well service (WOWS). Hingga April lalu, PHR mengoperasikan 19 rig pengeboran dan 28 rig WOWS.
Sebelumnya, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (kanan) berdialog dengan para pekerja ketika mengunjungi salah satu lokasi pengeboran di Lapangan Minas, Kabupaten Siak, Riau, pada Senin (9/5).
Pada kunjungan kerja kali ini, Basuki dan rombongan meninjau salah satu lokasi rig pengeboran di Minas dan berdialog dengan pekerja di lapangan.
WK Rokan menyumbangkan sepertiga total produksi minyak Pertamina atau hampir seperempat produksi nasional dengan rata-rata produksi tahunan sekitar 160 ribu barel minyak per hari (BOPD) untuk periode September-Desember 2021. Seluruh hasil lifting WK Rokan juga diperuntukkan untuk konsumsi kilang domestik Pertamina guna mendukung ketahanan energi nasional.
Dalam paparannya, Jaffee menjelaskan bahwa PHR berhasil meningkatkan kinerja WK Rokan pasca alih kelola. Di antaranya kenaikan tingkat produksi, biaya lifting yang makin rendah, peningkatan nilai investasi dan kegiatan pengeboran secara masif-agresif. Dia juga menjelaskan peran WK Rokan dalam pengembangan digitalisasi di lingkungan Subholding Upstream Pertamina dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Basuki mengapresiasi upaya WK Rokan dalam menjaga dan meningkatkan produksi pasca alih kelola dari operator sebelumnya. ”Posisi WK Rokan sangat strategis bagi Indonesia, tidak hanya kontribusinya terhadap pendapatan negara melalui bagi hasil minyak dan pajak, namun juga dalam konteks ketahanan energi nasional. Intinya sektor hulu harus semakin agresif meningkatkan angka produksi dan lifting, sedangkan sektor hilir harus untung.” lanjutnya. Dia mengharapkan, upaya peningkatan produksi harus dibarengi optimalisasi biaya sehingga kontribusi WK Rokan kepada negara juga lebih optimal.
PHR WK Rokan menyumbangkan penerimaan negara sekitar Rp 9 triliun untuk periode Agustus-Desember 2021. Kontribusi itu terdiri dari Rp 6,5 triliun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Rp 2,5 triliun berupa pembayaran PPh, PPN, dan pajak daerah. Kontribusi ini merupakan wujud nyata dari manfaat langsung kehadiran operasi PHR kepada negara, daerah, dan masyarakat pasca alih kelola WK Rokan pada 9 Agustus 2021 lalu. Industri hulu migas memiliki peran penting bagi penerimaan negara dan modal pembangunan.
Selain berupaya meningkatkan penerimaan negara, PHR juga berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk memperkuat komponen nasional. Saat ini TKDN di PHR mencapai lebih dari 60 persen.
Pada akhir kunjungannya, Basuki berpesan agar upaya meningkatkan produksi juga harus memastikan keselamatan kerja. “Zero tolerance terhadap insiden HSSE, termasuk kepada kontraktor maupun vendor yang bekerja sama dengan Pertamina,” tegasnya.