Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian menegaskan bahwa saat ini tidak ada impor hewan babi dari China, seiring dengan temuan virus baru flu babi (swine flu) G4 EA H1N1 yang berpotensi menjadi pandemi baru.
Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementan Agus Sunanto menjelaskan bahwa importasi hewan babi dilakukan dari Kanada dan Amerika Serikat. Namun, importasi itu pun hanya untuk pengadaan bibit sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan dari Kementerian Pertanian.
Baca juga: Kementerian Pertanian akan mengisolasi daerah terjangkit virus Kolera Babi
"Kalau hewan babi itu tidak ada dari China, kita impor babi dari Kanada dan AS, itu pun tidak rutin hanya terkait pengadaan bibit saja, mungkin tahun depan atau ketika ada kebijakan dari Kementerian Pertanian. Tapi sekarang ini belum ada (impor)," kata Agus saat dihubungi Antara di Jakarta, Selasa.
Agus menjelaskan bahwa impor bibit babi dari Kanada dan AS tidak dilakukan secara rutin. Kebijakan pengadaan bibit tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian untuk perbaikan genetika dan penambahan populasi babi.
Namun demikian, saat ini Indonesia justru rutin melakukan ekspor hewan babi ke Singapura. Setidaknya, 1.000 ekor babi diekspor setiap harinya ke Singapura.
Terkait dengan virus flu babi tipe baru yang disebut berpotensi memicu pandemi baru, Agus menjelaskan telah meningkatkan pengawasan lalu lintas hewan dan produk hewan. Ada pun virus yang dinamakan reassortant Eurasian avian-like (EA) H1N1 genotype 4 (G4) atau virus flu babi G4 ini dilansir melalui publikasi ilmiah Amerika Serikat PNAS (29/6).
"Kalau penyakit ini lalu lintasnya barang dari material babi. Kalau lalu lintas babi hidup, biasanya lewat pelabuhan internasional, untuk produk babi bisa pelabuhan bisa bandara tergantung jumlahnya," kata dia.
Agus menambahkan bahwa pengawasan terhadap produk babi telah dilakukan sejak merebaknya kasus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika pada tahun lalu di China.
Peningkatan pengawasan juga telah dilakukan terhadap kedatangan turis China ke Indonesia sejak kasus ASF merebak. Namun, dengan adanya penutupan penerbangan internasional dari China selama pandemi COVID-19, lalu lintas produk babi yang dibawa oleh turis China juga menurun risikonya.
"Sejak kasus ASF, kita sudah siap karena setiap penumpang dari China di Bandara yang membawa produk babi, pasti kita tahan, kita uji, kemudian kita musnahkan. Namun dengan adanya penutupan karena COVID, ini sedikit menurunkan risiko penyebaran," kata Agus.
Baca juga: Virus flu Babi Menyerang Para Pekerja Pabrik Di Vietnam
Baca juga: Setelah Flu Babi Ada Virus Mematikan Lainnya
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB