Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memprediksikan jumlah penduduk miskin di Indonesia semakin naik akibat wabah COVID-19, di mana dalam periode Maret - Mei 2020 telah terjadi lonjakan pada angka kemiskinan.
“Bayangkan COVID-19 yang terjadi beberapa bulan, semua pencapaian penurunan kemiskinan dari 2011 sampai 2020 ini mengalami reverse,” katanya dalam Raker bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Sri Mulyani menyebutkan potensi pertambahan angka kemiskinan di Indonesia salah satunya dilatarbelakangi oleh adanya jumlah pengangguran karena pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin meningkat.
Ia menyatakan berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) angka pengangguran telah melonjak lebih dari 2 juta orang dalam 1,5 bulan sejak pandemi COVID-19 muncul di Indonesia.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan bantuan sosial akan menjadi salah satu upaya untuk dapat menjaga agar angka kemiskinan tidak semakin melonjak akibat pandemi COVID-19.
“Belanja bansos jadi salah satu upaya untuk menjaga agar kemiskinan tidak semakin melonjak akibat COVID-19 yang menimbulkan PHK dan penurunan kegiatan ekonomi termasuk informal dan UMKM,” katanya.
Tak hanya itu, pemerintah juga telah memberikan insentif khusus bagi perusahaan sehingga diharapkan perusahaan dapat tetap memiliki modal usaha tanpa harus melakukan PHK.
"Kita juga fokus pada Kartu Prakerja yang diharapkan bisa cover 5,6 juta orang yang bentuknya setengah bansos. Kami tingkatkan bersama Kemnaker terkait langkah-langkah untuk tangani lonjakan pengangguran,” ujarnya.
Baca juga: Migrasi penduduk tanpa kepandaian picu pertambahan penduduk miskin Riau
Baca juga: Nelayan Penyumbang Angka Kemiskinan Tertinggi di Riau, Ini Saran Anggota DPRD
Baca juga: DPRD Siak Soroti Meningkatnya Kemiskinan, Padahal Angka di Provinsi Riau Menurun