Wartawan Kompas Laporkan Pemalsuan Identitas

id wartawan kompas, laporkan pemalsuan identitas

Pekanbaru, 30/6 (ANTARA) - Wartawan harian Kompas di Riau Syahnan Rangkuti melaporkan pemalsuan identitas dan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan Oloan Pasaribu karena telah mengaku sebagai jurnalis Kompas untuk melakukan pemerasan.

Laporan pengaduan tindak pidana itu disampaikan ke Polresta Pekanbaru, Kamis, didampingi korban pemerasan Nasrullah (30), warga Jalan Tamtama, No 42C, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru. dengan No Pol: LP/936/VI/2011/Kanit 1 SPKT Polresta Pekanbaru.

Usai membuat laporan, kepada wartawan Syahnan mengatakan, tindak pemerasan yang dilakukan Oloan Pasaribu dengan mengaku sebagai wartawan Kompas telah mencemarkan nama baik Kompas di Riau.

"Dia (Oloan Pasaribu) telah memakai nama Kompas untuk melakukan intimidasi dan mengancam seseorang untuk melakukan pemerasan, dan itu jelas merupakan tindak kejahatan. Saya berharap polisi mengusut kasus itu," ujarnya.

Korban pemerasan, Nasrullah mengaku kejadian itu bermula ketika tempat usaha yang terletak di Jalan Tamtama, No 42 C, Kecamatan Payung Sekaki didatangi Oloan Pasaribu yang mengaku sebagai jurnalis Kompas pada 21 Mei 2011 sekitar pukul 11.00 WIB.

Dalam kesempatan itu, Oloan Pasaribu sempat melakukan wawancara, namun berbagai pertanyaan yang diajukan dinilai menyudutkan usaha perbaikan alat-alat elektronik yang ditekuni Nasrullah.

"Saya disudutkan. Usaha saya dibilang ilegal, kemudian barang-barang yang saya perbaiki juga dinyatakan tidak jelas kepemilikannya. Sehingga saya tidak melayani beliau dan mengusirnya dari toko saya," jelasnya.

Beberapa hari kemudian Nasrullah mendapat surat panggilan dari Polsek Payung Sekaki dengan tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan dan telah menghalangi tugas wartawan.

Belakangan Oloan Pasaribu yang diketahui sebagai penduduk Jalan Umban Sari Atas, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, mengajukan damai dengan meminta uang sebesar Rp13 juta kepada Nasrullah untuk mencabut laporan polisi.

"Dari Rp13 juta yang diminta, turun jadi Rp2 juta. Namun Rp1 juta sudah saya berikan, dan dia masih memintanya sisanya. Pemerasan ini sudah saya laporkan ke PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Riau, yang terakhir mempertemukan saya dengan wartawan Kompas sebenarnya," ujar Nasrullah.