New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menjadi berada di level terendah baru dalam tiga bulan di tengah kekhawatiran atas dampak potensial terhadap ekonomi dari Virus Corona yang terus menyebar di seluruh dunia, sementara pasar juga mempertimbangkan kemungkinan pertemuan OPEC lebih awal.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 1,52 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 58,29 dolar AS per barel. Acuan global minyak sebelumnya sempat turun menjadi 57,71 dolar AS per barel, tingkat terendah sejak 8 Oktober.
Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot 1,19 dolar AS atau 2,2 persen, menjadi ditutup di 52,14 dolar AS per barel, setelah mencapai terendah sesi pada 51,66 dolar AS per barel, terlemah sejak 10 Oktober.
Harga minyak telah stabil dalam beberapa hari terakhir pada posisi terendah tiga bulan, karena investor mencoba menilai kerusakan ekonomi yang mungkin ditimbulkan oleh virus dan dampaknya terhadap permintaan minyak mentah dan produk-produknya.
"Influencer utama harga bearish tetap virus corona yang tampaknya memiliki banyak risiko tambahan dari penyebaran daripada setiap upaya penahanan di sekitarnya," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.
"Sampai tren kesehatan ini berbalik, tren turun tajam bulan ini pada minyak juga tidak mungkin berbalik."
Setelah penyelesaian transaksi di pasar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa wabah Virus Corona di China, yang telah menewaskan 170 orang di sana, sekarang merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
Minyak mentah berjangka mengupas kerugian dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah pengumuman WHO.
"Selama minggu terakhir harga telah turun," kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut. "Pada titik tertentu, Anda memiliki sedikit reaksi berlebihan dan pasar dapat memperbaiki."
Jumlah infeksi dalam krisis kesehatan yang diperkirakan akan melemahkan perekonomian China, yang merupakan terbesar kedua di dunia, telah melampaui total pada epidemi SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada 2002-2003.
Amerika Serikat melaporkan kasus pertama penularan virus corona ke orang pada Kamis (30/1/2020), dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengonfirmasikan enam kasus virus di Amerika Serikat.
Arab Saudi telah membuka diskusi tentang memindahkan pertemuan kebijakan OPEC+ yang akan datang ke awal Februari dari Maret, empat sumber OPEC mengatakan, setelah penurunan harga minyak baru-baru ini.
Belum ada keputusan akhir mengenai tanggal baru pertemuan itu, dan belum semua anggota OPEC bergabung, dengan Iran kemungkinan penantang untuk menentang langkah itu, kata sumber OPEC+.
"Satu-satunya hal yang dapat mengubah tren saat ini adalah pertemuan darurat OPEC," kata Olivier Jakob dari konsultan Petromatrix.
Pewarta : Apep Suhendar
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB