Komunitas peduli lingkungan Riau "sindir" Pemprov Riau atasi karhutla

id Berita hari ini, berita riau terkini, berita riau antara,jikalahari

Komunitas peduli lingkungan Riau "sindir" Pemprov Riau atasi karhutla

Sejumlah penggiat seni dan lingkungan di Riau, berprilaku teatrikal syair kera, di halaman kantor gubernur Riau Rabu (29/1), bermaksud menyindri pemerintah daerah ini agar lebih tegas menghentikan karhutla. Apalagi sudah lebih dari 18 tahun Riau mengalami karhutla. (Sherly Gucci/Frislidia-Antara)

Pekanbaru (ANTARA) - Jikalahari Riau mengandeng Kelompok Kerja Syairkera Network Provinsi Riau, menggelar teatrikal syair menampilkan penggiat seni dan lingkungan yang menirukan prilaku kera, sekaligus "menyindir" pemrov Riau dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Sindiran dimaksudkan karena kebijakan Pemrov Riau selama ini dalam mengatasi Karhutla itu, masih kurang tegas terbukti masih banyak korban jiwa bahkan hewan pun kehilangan habitatnya," kata Manejer Riset dan Informasi Jikalahari Riau, Yaya dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis.

Menurut Yaya, ketika hewan pun kehilangan habitatnya tentu keluhannya tidak terdengar, mungkin keluhan dari suara hewan tersebut (seperti ditampilkan dalam teatrikal Syairkera network, red) bisa lebih didengar dan menyadarkan masyarakat untuk berhenti berprilaku merusak lingkungan sebagai bentuk sebuah peringatan.

Peringatan ini, katanya, selama ini cenderung tidak dindahkan manusia, bahkan dengan cara keras atau melalui rilis berita pun sudah disampaikan Jikalahari dan sejumlah komunitas pecinta lingkungan lainnya.

"Oleh karena itu pendekatan secara 'humaniti' ini atau dengan teater dan syair ini diyakini akan lebih sampai agar semua pihak berjibaku menghentikan karhutla di Riau kendati demikian himbaun yang sama pernah juga dilakukan melalui kampanye sejak Desember 2019, untuk mengingatkan pemerintah bahwa musim kemarau sudah dekat," katanya.

Ia menjelaskan, Teatrikal syair kera merupakan syair yang dibuat oleh Tenas Effendy (almarhum, red) pada tahun 1997. Syair ini dibuat sebelum terjadinya fenomena kasus kebakaran hutan dan lahan. Syair kera ini salah satu sair yang mencoba membangun peradaban masyarakat melalui suara hewan.

Sementara itu teatrikal syair kera ini juga sudah disaksikan Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau Datuk Seri Al Azhar, Wakapolda Riau, Brigjen SY. Hermawan, komunitas lingkungan Pekanbaru, dan juga masyarakat.

Datuk Seri Al Azhar mengatakan ancaman musim kemarau harus dipikirkan saat ini, ketika suhu teresa teduh dan hujan, karena tahun 2020 Riau akan mengalami musim kemarau yang lebih cepat dan panjang, dan kita harus segera memikirkan langkah penanganan terkait ancaman karhutla itu.

Menurutnya pencapaian keberadaban Riau saat ini bisa dilihat dari bagaimana kita bisa menghentikan asap pada tahun 2020, dan apabila masih tersebar titik api dan asap mengepung, maka upaya Riau untuk "mengadabkan" (Riau beradab, red) negeri ini harus lebih keras lagi.