Pekanbaru (ANTARA) - Jikalahari Riau mengandeng Kelompok Kerja Syairkera Network Provinsi Riau, menggelar teatrikal syair menampilkan penggiat seni dan lingkungan yang menirukan prilaku kera, sekaligus "menyindir" pemrov Riau dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Sindiran dimaksudkan karena kebijakan Pemrov Riau selama ini dalam mengatasi Karhutla itu, masih kurang tegas terbukti masih banyak korban jiwa bahkan hewan pun kehilangan habitatnya," kata Manejer Riset dan Informasi Jikalahari Riau, Yaya dalam keterangannya di Pekanbaru, Kamis.
Menurut Yaya, ketika hewan pun kehilangan habitatnya tentu keluhannya tidak terdengar, mungkin keluhan dari suara hewan tersebut (seperti ditampilkan dalam teatrikal Syairkera network, red) bisa lebih didengar dan menyadarkan masyarakat untuk berhenti berprilaku merusak lingkungan sebagai bentuk sebuah peringatan.
Peringatan ini, katanya, selama ini cenderung tidak dindahkan manusia, bahkan dengan cara keras atau melalui rilis berita pun sudah disampaikan Jikalahari dan sejumlah komunitas pecinta lingkungan lainnya.
"Oleh karena itu pendekatan secara 'humaniti' ini atau dengan teater dan syair ini diyakini akan lebih sampai agar semua pihak berjibaku menghentikan karhutla di Riau kendati demikian himbaun yang sama pernah juga dilakukan melalui kampanye sejak Desember 2019, untuk mengingatkan pemerintah bahwa musim kemarau sudah dekat," katanya.
Ia menjelaskan, Teatrikal syair kera merupakan syair yang dibuat oleh Tenas Effendy (almarhum, red) pada tahun 1997. Syair ini dibuat sebelum terjadinya fenomena kasus kebakaran hutan dan lahan. Syair kera ini salah satu sair yang mencoba membangun peradaban masyarakat melalui suara hewan.
Sementara itu teatrikal syair kera ini juga sudah disaksikan Ketua Majelis Kerapatan Adat Lembaga Adat Melayu Riau Datuk Seri Al Azhar, Wakapolda Riau, Brigjen SY. Hermawan, komunitas lingkungan Pekanbaru, dan juga masyarakat.
Datuk Seri Al Azhar mengatakan ancaman musim kemarau harus dipikirkan saat ini, ketika suhu teresa teduh dan hujan, karena tahun 2020 Riau akan mengalami musim kemarau yang lebih cepat dan panjang, dan kita harus segera memikirkan langkah penanganan terkait ancaman karhutla itu.
Menurutnya pencapaian keberadaban Riau saat ini bisa dilihat dari bagaimana kita bisa menghentikan asap pada tahun 2020, dan apabila masih tersebar titik api dan asap mengepung, maka upaya Riau untuk "mengadabkan" (Riau beradab, red) negeri ini harus lebih keras lagi.
Berita Lainnya
Menag akan batasi perjalanan dinas seluruh jajarannya
15 November 2024 17:12 WIB
PLN dorong mahasiswa perguruan tinggi di Riau berinovasi kembangkan teknologi kendaraan listrik
15 November 2024 16:49 WIB
Rasa autentik rempah khas Indonesia di Vientiane, Laos
15 November 2024 16:15 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Reses DPD RI ke Riau, harapkan BRK Syariah terus berkontribusi bagi masyarakat
15 November 2024 14:58 WIB
Erupsi Gunung Lewotobi, 29.323 penumpang di Soetta batal terbang
15 November 2024 14:42 WIB
PPN 12 persen, ekonom minta pemerintah agar buat kebijakan pro daya beli
15 November 2024 14:16 WIB
Dekranasda Riau gelar lomba motif tenun dan batik khas Riau, ini pesan Zuliana Rahman Hadi
15 November 2024 14:10 WIB