Gubernur Enggan Tanggapi Krisis Riau Air

id gubernur enggan, tanggapi krisis, riau air

Pekanbaru, 11/4 (ANTARA) - Gubernur Riau HM Rusli Zainal enggan mengomentari krisis likuiditas yang kini membelit maskapai Riau Air.

"Aduh, jangan itu dulu. Masalah pembangunan dulu," kata Rusli di sela-sela kegiatan Musrenbang Riau, di Pekanbaru, Senin.

Manajemen Riau Air menyatakan berhenti terbang dengan alasan kekurangan likuditas atau modal sejak 6 April lalu. Meski begitu, Pemprov Riau selaku pemegang saham mayoritas dengan lebih dari 50 persen, belum mengambil sikap terkait perusahaan yang terus merugi itu.

Padahal, Pemprov Riau dikabarkan telah mengalokasikan dana penyertaan modal sebesar Rp5 miliar pada tahun ini.

"Dalam satu atau dua hari ke depan, kami cari solusinya," kata Rusli yang telah menjabat dua periode sebagai Gubernur Riau.

Keengganan berkomentar mengenai masa depan maskapai itu juga ditunjukan oleh Komisaris Riau Air, Wan Syamsir Yus. Ia berkali-kali berkelit ketika dimintai keterangan mengenai kepastian adanya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mengatasi krisis yang membelit Riau Air.

Setiap dihampiri wartawan, Wan Syamsir langsung memalingkan muka dan pergi.

"Intinya Riau Air lagi cari investor," kata Wan yang juga menjabat Sekretaris Daerah Provinsi Riau, singkat.

Sebelumnya, Direktur Utama Riau Air Teguh Triatno mengisyaratkan akan melepas saham kepada investor baru untuk menyelamatkan perusahaan dari kesulitan likuiditas. Diperkirakan Riau Air butuh dana sekitar Rp500 miliar untuk bisa kembali beroperasi.

Manajeman maskapai akan melakukan penilaian aset (appraisal) sebelum melakukan penawaran saham ke investor. Proses penghitungan akan melibatkan perusahaan penilai independen, dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.

Mengenai besar saham yang akan dilepas, Teguh mengatakan, hal tersebut akan diputuskan melalui RUPS. Hingga kini pemegang saham mayoritas Riau Air adalah Pemerintah Provinsi Riau yakni sebesar 57 persen, dan sisanya terbagi ke pemerintah daerah lainnya di Sumatera.

Riau Air, sebelumnya bernama Riau Airlines, kerap dirundung masalah manajemen dan keuangan sejak berdiri delapan tahun silam. Sebelumnya, maskapai itu juga sempat berhenti terbang pada September 2010 karena dua unit pesawat sewa ditarik pemiliknya akibat gagal menyicil pembayaran.

Sebelumnya, Bank Muamalat juga menyita tiga pesawat Fokker 50 akibat perusahaan itu tidak sanggup membayar tunggakan hutang untuk pembelian pesawat itu sebesar Rp50 miliar.

Riau Air sempat kembali beroperasi melayani rute komersial pada 4 Januari 2011, ditandai dengan penerbangan perdana rute Pekanbaru-Tanjung Pinang-Natuna menggunakan pesawat sewa jenis Boeing 737-500. Selain itu, maskapai itu juga baru membuka rute Pekanbaru-Medan.

Pewarta :
Editor: Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2011

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.