Jakarta (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) perlu menunjukkan solusi baru untuk mengakhiri konflik di Semenanjung Korea, karena ancaman yang ditunjukkan dari dua negara itu ke pihak Pyongyang dapat berdampak serius terhadap ketegangan di kawasan, kata pejabat militer senior Korea Utara (Korut), Senin.
Pernyataan pejabat tinggi itu dan beberapa komentar dari pejabat lain menunjukkan keraguan Pyongyang terhadap kemajuan negosiasi perdamaian antara Korut dan AS.
Baca juga: KCNA: Korut sukses uji coba peluru kendali balistik dari kapal selam
Pada bulan ini, Pemerintah Korut secara terselubung sempat mengancam akan melanjutkan uji coba rudalnya di tengah sanksi ekonomi yang masih berlaku.
Perlu diketahui, dalam negosiasi antara AS dan Korut, pihak Washington meminta Pyongyang untuk mengakhiri program pengembangan nuklir dan rudal.
Wakil Menteri Angkatan Bersenjata Rakyat Korea Utara, Kim Hyong Ryong, dalam Xiangshan Forum di Beijing, China, mengatakan Korut telah berupaya membangun hubungan damai, tetapi situasi yang ada justru kembali ke "lingkaran jahat dan berbahaya", sehingga dapat memperburuk relasi antarpihak.
"Walaupun sudah lebih dari setahun pernyataan gabungan AS-Korut diadopsi, tidak ada kemajuan dalam hubungan bilateral antar dua negara akibat kebijakan pemerintah AS yang bertentangan dengan kemajuan jaman, serta menunjukkan sikap permusuhan terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea [nama resmi Korut, red]," kata Kim.
Ia juga menuduh Korsel menujukkan sikap "dua kaki" karena negara itu diyakini meneruskan latihan-latihan militernya dengan AS serta membeli persenjataan canggih.
"Kami akan terus menjaga perdamaian di kawasan, AS dan Korsel harus menghentikan seluruh aksi yang dapat merusak stabilitas, dan dua negara itu harus memberikan solusi baru guna mengatasi permasalahan ini," terang Kim.
Korut telah mengadakan uji coba misil, termasuk di antaranya rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, dalam beberapa bulan terakhir.
Pyongyang juga menghentikan perundingan dengan AS terkait penghentian program nuklir pada awal Oktober.
Juru runding senior Pyongyang menyalahkan AS atas penghentian negosiasi itu. Ia mengatakan Washington "tidak membawa apapun untuk dibicarakan".
Walaupun demikian, Pyongyang masih terjebak dalam kesepakatan pembekuan pengembangan nuklir dan rudal yang telah berlaku sejak 2017.
Kesepakatan untuk membekukan program nuklir itu yang akhirnya memungkinkan pemimpin Korut, Kim Jong Un, bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada tahun lalu.
Media milik pemerintah Korut pada pekan lalu melaporkan Kim Jong Un mengunjungi Gunung Paektu, wilayah spiritual bagi Dinasti Kim.
Dari pernyataan ajudannya Kim Jong Un, media melaporkan bahwa pemimpin Korut berencana menjalankan "sebuah rencana besar".
Para ahli berpendapat pernyataan itu menandai kemungkinan sikap Pyongyang ke Washington akan berubah dalam beberapa bulan ke depan.
Beberapa pengamat juga menjelaskan Korut kemungkinan akan kembali mengadakan uji coba rudal lintas benua.
Baca juga: Kim Jong Un sebut perdamaian Semenanjung Korea tergantung sikap AS
Baca juga: Korut Bukan lagi Ancaman Nuklir, Trump Ucapkan Selamat Pada Dirinya Sendiri
Sumber: Reuters
Pewarta : Genta Tenri Mawangi
Berita Lainnya
BPS catat harga gabah dan beras pada November mengalami penurunan
02 December 2024 16:27 WIB
BPBD catat ketinggian banjir rob sempat 40 centimeter pada Senin pagi
02 December 2024 16:18 WIB
BRK Syariah sabet penghargaan sebagai pionir digitalisasi pemerintah daerah
02 December 2024 16:15 WIB
Airlangga sebut inflasi dan pertumbuhan ekonomi landasan UMP 6,5 persen
02 December 2024 14:14 WIB
Pasukan Israel tak berhenti serang Lebanon selatan meski ada gencatan senjata
02 December 2024 13:34 WIB
Dietisien: Tempe merupakan produk nabati yang baik untuk jantung
02 December 2024 13:23 WIB
Kemenag tunggu undangan DPR soal pembahasan biaya penyelenggaraan haji
02 December 2024 12:47 WIB
Badan Gizi Nasional tinjau dapur penyedia makan bergizi di lanud
02 December 2024 12:34 WIB