Pekanbaru (ANTARA) - Badan Pusat Statistik atau BPSmencatat lapangan usaha pertambangan dan penggalian, serta jasa keuangan dan asuransi di Provinsi Riau mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan II-2019.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Riau, Urip Widiyantoro di Pekanbaru, Senin, mengatakan seluruh lapangan usaha di Riau pada triwulan II-2019 mengalami pertumbuhan kecuali dua lapangan usaha tersebut yang mengalami kontraksi cukup besar.
“Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha, kecuali pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, dan jasa keuangan dan asuransi yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar minus 6,97 persen dan minus 1,55 persen,” kata Urip.
Namun, BPS menyatakan tidak melakukan analisa mendalam tentang penurunan pertumbuhan keduanya.
Ia mengatakan meski kedua lapangan usaha itu tumbuh negatif, namun perekonomian Riau pada triwulan II-2019 tetap tumbuh 2,80 persen, lebih baik dibandingkan triwulan yang sama pada tahun lalu yang tumbuh 2,34 persen.
Perekonomian Riau triwulan II 2019 diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp189,95 triliun dan atas dasar harga konstan 2019 mencapai Rp121,40 triliun.
Pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 17,43 persen. Kemudian industri pengolahan tumbuh 25,32 persen, dan pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 22,20 persen.
“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen konsumsi lembaga non-profit yang mmelayani rumah tangga yang tumbuh sebesar 29,38 persen,” ujarnya.
Struktur ekonomi Riau menurut pengeluaran didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 38,73 persen, diikuti pembentukan modal tetap bruto 36,13 persen serta ekspor barang dan jasa 20,79 persen.
Secara spasial, lanjutnya, pada triwulan II-2019 Provinsi Riau berkontribusi sebesar 4,75 persen terhadap perekonomian nasional.
"Provinsi Riau merupakan provinsi dengan PDRB terbesar ke-6 di Indonesia atau PDRB terbesar ke-2 di luar Pulau Jawa,” katanya.
Baca juga: Harga bahan makanan makin mahal picu inflasi Riau 0,79 persen, begini penjelasannya
Baca juga: BI nilai Riau harus lebih kreatif kembangkan pariwisata, ini sebabnya