Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.490 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa, mengatakan meski KPU sudah menetapkan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) tetapi drama politik belum sepenuhnya usai. Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menolak hasil rekapitulasi suara tersebut. Kubu 02 menilai pilpres penuh dengan kecurangan sehingga legalitasnya dipertanyakan.
Baca juga: Rupiah melemah seiring kekhawatiran The Fed terhadap perang dagang AS dan China
"Oleh karena itu, aksi massa pada 22 Mei masih terjadwal. Risiko keamanan masih cukup tinggi, sehingga mungkin menjadi perhatian investor," ujar Ibrahim.
Selain itu, terkait beban defisit neraca perdagangan April 2019 yang mencapai 2,5 miliar dolar AS, pelaku pasar masih belum move on. Sementara pada kuartal I-2019, defisit transaksi berjalan ada di 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), memburuk ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 2,01 persen dari PDB.
Dengan neraca perdagangan yang tekor habis-habisan pada April dan mungkin berlanjut pada Mei akibat tingginya impor mengantisipasi kebutuhan pada saat bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah, maka prospek transaksi berjalan pada kuartal II-2019 boleh dibilang suram.
"Artinya pasokan devisa yang bertahan lama dari ekspor-impor barang dan jasa masih seret, sehingga rupiah bergantung kepada arus modal di pasar keuangan atau hot money yang bisa keluar-masuk dalam satu kedipan mata. Rentan sekali," kata Ibrahim.
Baca juga: Rupiah melemah dipicu aksi saling balas ancaman dagang AS-China
Baca juga: Pascapemilu 2019, kurs rupiah langsung menguat 75 poin
Pewarta: Citro Atmoko