Pekanbaru, 30/9 (ANTARA) - Konflik manusia dengan harimau Sumatera di kawasan penyangga Cagar Biosfer Bukit Batu, Kabupaten bengkalis, Riau, makin memanas akibat harimau liar terus berkeliaran di dekat permukiman hingga jatuh korban manusia dan hewan ternak.
"Pagi ini, seekor sapi milik warga mati diterkam harimau," kata Kepala Seksi Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau, Hutomo, ketika dihubungi dari Pekanbaru, Kamis.
Hutomo menjelaskan, konflik tersebut berlokasi di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bukit Batu, yang berada di dalam kawasan penyangga cagar biosfer.
Harimau yang satu ekor itu sebelumnya juga memangsa seorang buruh kelapa sawit bernama Sugianto hingga tewas pada awal pekan ini.
"Harimau yang masih berkeliaran adalah sama dengan yang menerkam warga," ujarnya.
Kondisi desa sampai kini terus mencekam karena keberadaan harimau itu membuat warga takut keluar rumah. Menurut Hutomo, pihaknya terus berupaya melakukan pengusiran, namun satwa belang itu tetap berkeliaran di sekitar permukiman.
Daerah konflik itu dahulu adalah hutan dan mulai rusak akibat pembalakan liar. Desa Tanjung Leban sendiri baru terbentuk sekitar tahun 2000, dan pembukaan lahan untuk kelapa sawit mulai terjadi.
Habitat harimau
Sementara itu, Humas WWF Riau, Syamsidar, mengatakan lokasi konflik harimau-manusia itu berada di salah satu area konsesi perusahaan PT Sakato Pratama Makmur, mitra pemasok bahan baku industri pulp dan kertas Asia Pulp and Paper (APP).
Perusahaan itu mendapatkan izin tebang dari Menteri Kehutanan pada tahun 2010 seluas 5.932 hektare.
Daerah operasi perusahaan mitra Asia Pulp and Paper itu juga berada di kawasan zona penyangga kawasan konservasi Cagar Biosfer Bukit Batu yang memiliki area seluas 21.500 hektare lebih.
Menurut Syamsidar, "setengah hati" dalam pengelolaan habitat harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae).
"Idealnya, jika zona penyangga dapat dikelola perusahaan, maka harus juga melindungi ekosistem hutan yang merupakan daerah jelajah harimau," ujarnya.
Berdasarkan data WWF, seorang warga juga tewas diterkam harimau pada Agustus lalu di konsesi hutan tanaman industri PT Ruas Utama Jaya, yang juga pemasok bahan baku APP di lanskap konservasi harimau Hutan Senepis.
Cagar Biosfer Bukit Batu awalnya merupakan kawasan konservasi Suaka Margasatwa (SM) yang berada di barat daya Kabupaten Bengkalis, dan tahun 2003 disatukan dengan SM Giam Siak Kecil seluas 84.967 hektare yang berada di utara Kabupaten Siak.
Empat perusahaan mitra APP yang berada di bawah naungan Sinar Mas Forestry sepakat tidak mengeksploitasi kawasan hutan produksi yang memisahkan kedua wilayah konservasi itu, yang kemudian menjadi koridor ekologi sesuai dengan usulan peneliti LIPI.
Setelah melalui tahapan, Organisasi PBB di bidang Pendidikan , Ilmu Pengetahuan sosial dan Kebudayaan, UNESCO menetapkan Giam Siak Kecil-Bukti Batu sebagai cagar biosfer di Pulau Juju, Korea Selatan, 26 Mei 2009.