Pekanbaru (ANTARA) - Warga Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, yang menjadi korban serangan harimau sumatera ketika sedang menebang pohon, diduga melakukan kegiatan pembalakan liar atau “illegal logging” di hutan yang menjadi habitat asli satwa belang itu.
Dugaan ini diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, Selasa, bahwa lokasi penyerangan harimau sangat jauh dari lokasi permukiman dan tepatnya berada di hutan produksi Lansekap Kerumutan.
“Dari semua itu bisa ditarik kesimpulan, kejadian berada di kawasan hutan, setidaknya kawasan hutan produksi yang merupakan masih Lansekap Kerumutan. Bisa dipastikan di situ habitat harimau,” kata Suharyono kepada wartawan.
Baca juga: Cegah konflik manusia dan harimau, Ini upaya polisi
Ia menjelaskan, lokasi tersebut bahkan sangat jauh untuk dijangkau oleh Tim BBKSDA Riau. Tim harus tiga kali berganti moda transportasi mulai dari mobil, motor dan kapal kayu atau sebutan lokalnya kepompong. Perjalanan dengan kepompong juga hanya bisa mencapai daerah Parit Simpang Gaung 3, dan selanjutnya berjalan kaki yang diperkirakan jaraknya 15 kilometer ke tempat kejadian.
Bahkan, pada pagi ini tim tersebut juga tidak bisa dihubungi diduga karena tidak ada jaringan telekomunikasi di sana.
“Ak gak berani pada yang bersangkutan memvonis pelaku atau korban sebagai pelaku illegal logging atau illegal logger, tapi saya selaku Kepala Balai KSDA Riau prihatin dengan adanya korban seperti itu, dan mengimbau kepada masyarakat jangan melakukan kegiatan yang jauh dari tempat tingglnya, bahkan misalnya dia sendiri dan masyarakat tahu itu tempatnya berkeliaran harimau,” katanya.
Ia mengatakan tim BBKSDA Riau selain melakukan penyisiran harimau di lokasi kejadian, juga melakukan sosialisasi kepada warga desa terdekat terkait satwa dilindungi itu.
Sebelumnya, Mardian, warga Sungai Rawa, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir diserang seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat sedang mencari kayu di hutan pada Sabtu lalu (2/3).
Pria berusia 31 tahun itu mengalami luka cukup parah, terutama pada bagian kepala dan punggung.
Berdasarkan catatan Antara, konflik harimau dan manusia berulang kali terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Kejadian pertama yang masih segar diingatan adalah kemunculan harimau betina dewasa bernama Bonita.
Petugas membutuhkan waktu hingga empat bulan lamanya untuk menangkap si kucing raksasa tersebut, sebelum berhasil ditembak bisu pada April 2018 lalu. Proses pencarian dan penangkapan itu menjadi yang terlama di Indonesia. Selama periode itu, Bonita telah membunuh dua manusia, tempat jelajah dia di PT THIP pada Januari dan Maret 2018. Keduanya adalah seorang perempuan bernama Jumiati dan laki-laki bernama Yusri.
Selanjutnya, lagi-lagi harimau muncul di Indragiri Hilir, tepatnya Pulau Burung. Namun, petugas hanya membutuhkan waktu kurang dari dua pekan sebelum harimau jantan yang sempat terjebak di lorong-lorong rumah toku di pasar setempat itu berhasil ditembak bius dan ditangkap.
Baca juga: WWF: Tuntutan 4,5 Tahun Penjara untuk Pembunuh Harimau Termasuk Tinggi
Baca juga: Pembunuh Tiga Harimau di Riau Dituntut 4,5 Tahun Penjara
Berita Lainnya
BBKSDA Riau duga korban terkaman harimau adalah pembalak liar, begini sebabnya
31 January 2020 16:05 WIB
BBKSDA minta PT RIA hentikan operasi akibat serangan harimau tewaskan pekerja
27 May 2019 16:14 WIB
Harimau sumatera yang tewaskan buruh panen akasia tidak akan ditangkap. Begini penjelasan BBKSDA Riau
24 May 2019 16:26 WIB
Harimau Sumatera muncul di perkebunan warga Desa Batang Duku Bengkalis
09 October 2024 13:53 WIB
BBKSDA Riau kosongkan lokasi harimau Sumatera menyerang manusia
20 August 2024 16:19 WIB
Pekerja bibit akasia di Pelalawan diduga dicakar harimau Sumatera
19 August 2024 14:01 WIB
Empat harimau Sumatera melintasi jalan tanah di Pelalawan viral
08 August 2024 11:02 WIB
Video harimau Sumatera di jalan viral, ini kata BBKSDA Riau
11 July 2024 17:07 WIB