Pekanbaru, 19/7 (ANTARA) - Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau Trisunu Danis Woro mengatakan bahwa pihaknya tengah memburu otak pelaku perdagangan harimau sumatera (panthera tigris sumatrae).
"Pihak Poltabes Pekanbaru kemarin menangkap kurir yang akan membawa tulang-belulang dan kulit harimau. Untuk pengembangannya, BKSDA memburu otak pelaku perdagangan harimau yakni Ed dan Gt," katanya di Pekanbaru, Senin.
Ia mengatakan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Poltabes Pekanbaru dalam pengembangan kasus tersebut.
Menurutnya, kasus penyelundupan tulang belulang dan kulit harimau ke Malaysia dan Singapura sudah beberapa kali terjadi.
"Perdagangan harimau ini marak terjadi di Sumatera. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan tulang harimau yang akan digunakan untuk pengobatan tradisional sedangkan kulitnya untuk busana," jelasnya.
Trisnu menambahkan, saat ini populasi harimau sumatera mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, ia mengharapkan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat menjaga harimau baik dari habitat maupun perdagangan.
Berdasarkan data WWF Riau, saat ini populasi harimau sumatera berjumlah 300 ekor, terus menurun dari tahun ke tahun.
Poltabes Pekanbaru berhasil menggagalkan upaya penyelundupan tulang dan kulit harimau yang berasal dari enam ekor harimau dan dikemas dalam tiga kardus. Satu ekor harimau dijual dengan harga Rp30 juta.
"Berdasarkan pengakuan tersangka, penyelundupan harimau tersebut berlangsung empat kali dalam seminggu. Polisi mengamankan tersangka Yoga yang berprofesi sebagai kurir dan seorang saksi Hidayat yang bertugas membersihkan kulit dan tulang-belulang harimau tersebut," jelas Kasat Reskrim Poltabes Pekanbaru, AKP Sapta Maulana Marpaung.