Festival Budaya Parahu Baganduang, Upaya Pelestarian Seni Hingga Mendongkrak Ekonomi Masyarakat Kuansing

id festival budaya, parahu baganduang, upaya pelestarian, seni hingga, mendongkrak ekonomi, masyarakat kuansing

Festival Budaya Parahu Baganduang, Upaya Pelestarian Seni Hingga Mendongkrak Ekonomi Masyarakat Kuansing

Kuantan Singingi, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kuansing Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, menggelar Festival Budaya Parahu Baganduang (FBPB) selama sepekan sebagai upaya pelestarian seni, memberikan tontotan menarik bagi wisatawan hingga mendongkrak ekonomi warga setempat.

"Acara ini digelar setiap tahun, sebagai hiburan masyarakat dan pelestarian seni budaya," kata masyararakat Kuantan Singingi Hendri dan Harman di Teluk Kuantan hadir menyaksikan acara tersebut, Kamis.

Ia mengatakan, masyarakat Kuansing memadati lokasi festival, memanfaatkan kesempatan untuk mengais rezeki. Ribuan pendatang dari berbagai daerah datang ke Kuansing hanya ingin menyaksikan acara tersebut dan bahkan warga perantauan terpukau atas tampilan perahu yang dihiasi.

Lubuk Jambi, Kabupaten Kuansing sebagai tuan rumah festival merasa bangga atas terselenggaranya pergelaran perahu baganduang, selain menjadi tontonan dan hiburan juga pelestarian budaya yang memiliki sejarah panjang, menunjukan persatuan antarsuku dimasa lalu dan festival itu sudah masuk aset dalam mengharumkan Kuansing hingga ketingkat nasional.

Acara yang dihelat di Tepian Muko Lobuah, Desa Banjar Padang, sejak Senin (18/6) lalu dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai daerah di Kuansing, sempat membuat arus lalu lintas macet, namun demikian tidak merugikan banyak pihak karena acara itu sangat ditunggu-tunggu dan menarik.

Ketua Panitia FBPB, Raja Muhamad Deprian mengatakan budaya festival seni memiliki banyak makna mulai dari dekorasi hiasan hingga jumlah pernak-pernik yang digunakan ada artinya.

"Parahu baganduang itu artinya perahu atau jalur mini yang digandeng, lalu dihias dengan lambang adat sesuai tradisi di Kenegerian Gajah Tunggal Lubuk Jambi," ujarnya.

Sejarahnya dulu, lanjutnya, parahu baganduang ini digunakan untuk manjopuik limau (meminang) untuk calon mempelai perempuan, jadi, bukan saja sekadar perahu yang dihias tetapi melambangkan kebesaran masing-masing suku yang ada di Lubuk Jambi.

Selain manjopuik limau, di zaman kerajaan, masyarakat selalu menggunakan parahu baganduang untuk acara-acara seperti waktu panen padi, mengunjungi penghulu atau manjalang mamak, maantar mangkuak dan keperluan adat lainnya.

Pemerintah Provinsi Riau, memasukkan parahu baganduang ke dalam atraksi budaya andalan, setiap tahun jumlah peserta semakin meningkat dan sesuai data pada 2017 festival diikuti 14 perahu, 2018 menjadi 16, tampil dengan berbagai hiasan yang digunakan seperti bendera, daun kelapa, payung, kain panjang, buah labu, foto presiden dan wakil presiden. ***4***