Pekanbaru, (Antarariau com) - Pencarian harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Bonita di kawasasan perkebunan sawit Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau memasuki hari ke 99.
Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Dian Indriati di Pekanbaru, Rabu, memberikan sinyal bahwa proses pencarian harimau betina yang telah menewaskan dua manusia tersebut tidak akan berhenti dalam waktu dekat.
"Proses pencarian masih terus dilakukan. Hari ini tim kembali melacak jejak-jejak Bonita, termasuk memeriksa perangkap," katanya.
Ia menjelaskan, tim gabungan terdiri dari TNI, Kepolisian, BBKSDA Riau, serta dibantu masyarakat yang terbagi dalam beberapa kelompok masih terus berupaya mencari jejak si belang predator terebut.
Beberapa waktu lalu, Bonita sempat menghilang dari kawasan perkebunan sawit milik perusahaan asal Malaysia, PT Tabung Haji Indo Plantation. Di lokasi itu si kucing belang tersebut menghabisi dua warga pada Januari dan Maret 2018 lalu. Tim menduga, satwa dilingungi tersebut masuk ke dalam kawasan hutan atau "green belt".
Namun, Dian mengatakan baru-baru ini tim gabungan pencari dan penyelamat Bonita mendapati kembali kemunculan harimau tersebut. Hal itu berdasarkan temuan jejak-jekak harimau di sejumlah titik areal PT THIP.
Kemunculan dan perjumpaan harimau Sumatera dengan karyawan perkebunan juga beberapa kali terjadi. Peluang ini kita maksimalkan untuk penyelamatan dia," ujarnya.
Lebih jauh, dia juga mengatakan bahwa keberadaan bule cantik asal Kanada bernama Shakti Wolvers Teegh yang telah sepekan membantu tim terpadu terus berupaya keras melacak posisi harimau tersebut.
Bule berumur 22 tahun ini disebut ahli dalam mendeteksi frekuansi suara atau animal communicator (penerjemah bahasa satwa).
"Tim tetap fokus di lapangan, camera trap dan box tetap terpasang. Shakti bersama kawan-kawan masih di lapangan, dukungan tokoh di Dusun Danau masih tetap terjaga," ujarnya.
Bonita menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu terakhir setelah menewaskan dua korban. Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
***4***