Ratusan Pramuka Penegak Ikuti Kemah Budaya di Candi Muara Takus

id ratusan pramuka, penegak ikuti, kemah budaya, di candi, muara takus

Ratusan Pramuka Penegak Ikuti Kemah Budaya di Candi Muara Takus

Kampar (Antarariau.com) Sebanyak 168 Pramuka Penegak dari sekolah menengah lanjutan se-Kabupaten Kampar mengikuti perkemahan Cagar Buadaya yang diselenggarakan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat bekerjasama dengan Kwartir Cabang 04-03 Gerakan Pramuka Kampar di lokasi wisata Candi Muara Takus Kampar, Jumat (16/3/2018).

Pengenalan dan pelestarian cagar budaya dapat ditumbuhkembangkan kepada generasi muda dengan mudah, sebab tranformasi ilmu pengetahuan melalui gerakan pramuka seperti tentang sejarah lebih cepat dan terkoordinir, kata Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, Drs Nurmatias dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan itu.

Nurmatias menyebutkan bahwa BPCB yang memiliki wilayah kerja tiga provinsi Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau ini bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Kampar melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar kegiatan dengan melibatkan sebanyak 200 peserta selama tiga hari, Jumat, Sabtu dan Minggu (16-18/3).

Dia mengajak pramuka khusus di wilayah kerjanya ini dapat melestarikan cagar budaya yang ada sehingga keasliannya tetap terjaga dan sejarahnya diketahui semua lapisan masyarakat terutama generasi muda.

Dipilihnya Candi Muara Takus ini karena cagar budaya yang satu ini adalah Icon Utama atau wajah pertama di wilayah Riau yang berada di titik tengah Sumatera, juga merupakan sejarah masa lalu dalam adalah candi tertua ada pada abad keenam, maka itu generasi muda saat ini harus tahu dan melalui pramuka pengenalannya diharapkan mampu lebih cepat dan mudah sebab sistem pendidikan di pramuka itu sudah baik, ujarnya.

Dia menyampaikan harapannya, bagaimana cabagr budaya yang ada dikenal di sekolah-sekolah serta dapat menjadi kebanggan atau jati diri bangsa Indonesia yang kaya dengan situs sejarah, Kita punya budaya yang hebat bila diimbangi dengan kecerdasan dalam ilmu pengetahuan maka bangsa ini dapat hidup sejajar dengan dengan masyarakat dunia.

Tanpa bantuan Kwarcab Kampar Kwarda Riau serta pemerintah Kampar, maka tidak mungkin kegiatan ini dapat berjalan dengan baik diikuti sebanyak 168 siswa dan siswi SLTA se-Kabupaten Kampar dan 32 dari kakak pembina Pramuka dari Kwarcab Kampar, ujarnya.

Kemah Cagar Budaya ini merupakan implementasi dari kerjasama Kwarnas dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pramuka menambah satu Saka lagi yakni Saka Widya Budaya Bhakti menjalankan tujuh Krida yang menjadi tugas dari saka ini bagaimana cagar budaya di Indonesia dikenal dan ditumbuhkembangkan oleh Pramuka.

Hadir dalam kegiatan itu, Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Keuangan Pemdakab Kampar, Aliman Makmur mewakili Bupati Kampar, H Azis Zaenal melalui kegiatan ini dapat menjadi sarana serta pembelajaran untuk mengenal budaya yang ada di Kabupaten Kampar khususnya.

Dengan melestarikan cagar budaya maka dapat meningkatkan kesejahteraan dan membangun karakteristik generasi yang akan datang, sebab perkembangan teknologi membuat atau menggeser etika dan sejarah, menimbulkan budaya negatif dari luar, apabila tidak dibentengi dengan jiwa patriot seperti yang ada di pramuka, katanya.

Aliman menyebutkan bahwa Kampar kaya dengan cagar budaya, ada 10 macam, selain Candi Muara Takus, seperti Istana Raja di Gunung Sahilan, masjid Jamik di Air Tiris, serta makan para tokoh, Mari lestarikan kita jaga cagar budaya dan pelihara pengelolaanya dengan benar, imbuhnya.

Hadir dalam acara itu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan, Ketua Harian Kwarda Riau, Kak Ok Nizami Jamil, mewakili Kakwarda, andalan Kwarda Riau Joko Pujiono. Sementara itu dari BPCB Sumbar, Hasan Basri, Kapokja Dokumentasi dan Publikasi, Eliza Nora, staf, Edi Yudson, Kurnia Mulyasari Hari Wijaya, Rahmat, Gema Indra Kusuma. Diikuti Ketua Kwarrran se-Kwarcab Kampar.

Kepada awak media, Kak OK bercerita tentang keberadaan Candi Muara Takus, telah terjadi empat kali pemugaran. Di Kampar pernah menjadi pusat kerajaan terbesar di Indonesia pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya sebelum pindah ke Palembang.

Sejumlah sejarawan dan sumber klasik. Saat pemindahan pusat kerajaan dari Kampar ke Palembang itu, tercatat 20 ribu tentara dan warga pindah karena terjadi pendangkalan Sungai Kampar. Bukti itu ada karena ada prasasti Kedukan Bukit.

Cerita lain, penjelajah dari Tiongkok I Tsing bahwa pada abad keenam ia pernah belajar agama Budha di salah satu daerah di khatulistiwa yang pada masa itu dikenal sebagai Mina Kangwa atau daerah Sungai Kembar yakni pertemuan Sungai Kampar Kanan dengan Sungai Kampar Kiri.

Sekretaris Kwarcab, Kak Jon Haril, mewakili Kakwarcab Kampar, Kak Eva Yuliana menjelaskan bahwa Kemah Budaya ini diikuti SMAN 1, SMAN 2, SMKN 1, SMA Muhammadyah dari Bangkinang Kota, Pondok Pesantren Darun Nadha, SMAN 1 Salo, SMAN 1 Kuok, SMKN 1 kuok, SMAN 1, SMAN 2 dan SMKN, dari 13 Koto Kampar, SMAN 1 dan SMAN 2 Koto Kampar Hulu.

Seluruh peserta berjumlah 200 orang yang semuanya berkemah bermalam di lokasi Candi Muara Takus selama 3 hari mulai Jumat-Minggu, terang Kak Jon.

Ketua Pokja Dokumentasi dan Publikasi, Sumbar, Hasan Basri menyampaikan bahwa dalam kegiatan ini akan diadakan lomba tulis dan presentasi, dipilih enam pemenang. Sebelumnya mereka diberi materi tentang budaya yang akan dinilai sejauh mana pemahaman dan pendalaman mereka tentang situs sejarah yang ada, sehingga kelak diharapkan mereka mampu menyampaikan pesan-pesan pelestarian tentang bagaimana Cagar Budaya yang ada dapat terus dijaga.

Candi Muara Takus adalah tepat kedua setelah Kemah Budaya di Situs Padang Roco Kabupaten Damasraya Sumatera Barat, kata dia. (netty mindrayani)