Harapan dari Rayon "Made In" Riau

id harapan dari, rayon made, in riau

Harapan dari Rayon "Made In" Riau

Pekanbaru (Antarariau.com) - Rayon adalah tekstil yang terbuat dari serat sintesis. Dalam industri tekstil, rayon juga disebut dengan nama sutra buatan dengan karakteristiknya yang berkilau dan tak mudah kusut.

Tekstil ini dipergunakan secara luas dalam industri garmen untuk bahan pakaian dan perlengkapan busana, mulai dari pakaian dalam, baju tidur, baju batik, syal hingga jas. Bahkan, rayon juga bisa digunakan sebagai bahan baku barang kesehatan seperti pembalut wanita dan popok.

Namun, tahukah Anda, bahwa pelaku industri tekstil Tanah Air hingga kini masih sangat bergantung pada rayon impor. Produsen rayon di Indonesia masih sangat segelintir dan cenderung mengeskspor produknya karena merasa harga internasional lebih bagus. Sementara itu, permintaan lokal tidak bisa dicukupi sehingga kita terpaksa impor rayon, salah satunya adalah mengimpor bahan baku tekstil ini dari Polandia.

Kebutuhan industri akan tekstil rayon sebenarnya tidak sedikit, namun karena harganya yang makin mahal membuat pelaku bisnis meninggalkannya. Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), perusahaan tekstil mulai rama-ramai mengganti penggunaan bahan baku dari rayon ke kapas sejak 2007.

Penyebabnya, bahan baku tersebut harganya kian "mencekik" atau mahal. Padahal sebelumnya, bahan baku rayon lebih mudah didapatkan di dalam negeri ketimbang kapas yang harus diimpor dan menjadi salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan untuk tekstil di Indonesia.

Kini harapan untuk produksi tekstil rayon di dalam negeri muncul di Provinsi Riau. Tepatnya di Kabupaten Pelalawan, kini tengah dibangun sebuah pabrik rayon Asia Pacific Rayon (APR), yang merupakan pabrik rayon terintegrasi dan terbesar di Indonesia.

Menteri Perindustrian, Ir. Airlangga Hartarto MBA, MMT, mengaku sangat takjub dengan progres pembangunan pabrik APR saat kunjungannya ke lokasi pada 21 Januari 2018.

Sebabnya, dengan nilai investasti sekitar Rp10,9 trilliun dan kapasitas produksi hingga 350.000 ton per tahun, pabrik APR secara strategis mendukung perkembangan industri tekstil nasional. Artinya, ini adalah harapan bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan impor atas bahan kapas dan rayon.

"Harapannya dengan industri rayon ini akan menghasilkan sebuah industri menghasilkan 350.000 kapasitas setahun. Hal itu setara dengan 500 juta dolar AS penghematan devisa," kata Airlangga kepada wartawan.

Dalam kunjungan tersebut, Menteri Airlangga mengapresiasi investasi dan komitmen APR yang telah mendukung agenda pemerintah terhadap industri strategis tekstil Nasional agar bisa berkompetisi di pasar global. Selain berorientasi pada aspek hilirisasi, pabrik APR ini juga mampu menciptakan lapangan kerja baru untuk memenuhi pasar domestik.

Sebanyak 4.230 tenaga kerja baru diserap pada tahap pembangunan dan 1.218 kesempatan kerja tersedia pada tahap operasional. Pendirian pabrik APR ini juga berpotensi meningkatkan PDB Propinsi Riau sebesar 1,49 persen dari sektor non-migas, serta mendorong geliat UMKM di berbagai sektor usaha yang terlibat dalam kegiatan operasional pabrik.

Hal ini akan berdampak positif bagi pembangunan berkelanjutan, terutama di Propinsi Riau dan Indonesia pada umumnya.

"Ini harus didukung pemerintah dari bahan bakunya hingga bahan jadinya. Diharapkan ini akan memperkuat daya saing dari pada industri tekstil," katanya.

Direktur APR, Thomas Handoko, mengatakan bahwa diharapkan pabrik rayon terintegrasi terbesar di Indonesia ini dapat memberikan dampak positif secara ekonomi dan sosial bagi seluruh pihak, terutama masyarakat sekitar. Hal yang tak kalah penting adalah seluruh produk tersebut berasal dari 100 persen pasokan tanaman terbarukan serta bersertifikat internasional dan legal.

"Serat rayon adalah dari tumbuhan alami dan memiliki daya serap dan udara yang lebih baik dari katun. Produk yang dihasilkan APR dapat diaplikasikan ke berbagai macam industri, seperti alas tidur, pakaian, handuk, tisu basah untuk bayi, masker dan produk kebersihan lainnya," katanya.

Thomas Handoko lebih lanjut menjelaskan bahwa dengan meningkatnya produksi serat rayon di Indonesia, APR akan mendukung rantai nilai produksi tekstil dalam negeri, mengurangi impor bahan baku dan memastikan daya saing kompetitif Indonesia secara global.