Pekanbaru (ANTARA) - Kualitas sumber daya manusia Indonesia pada masa depan sangat ditentukan oleh bagaimana anak-anak mendapatkan pengasuhan dan stimulasi sejak usia dini, yaitu usia 0-6 tahun. Karena pada usia ini, otak anak berkembang hingga 90% ukuran otak manusia dewasa dan menjadi fondasi tumbuh kembang anak.
Pada masa ini juga otak anak menyerap informasi dan belajar dengan cepat, serta berbagai keterampilan seperti kognitif, motorik, dan sosial-emosional berkembang optimal. Karenanya, di masa ini anak bukan hanya perlu mendapat nutrisi yang seimbang, namun juga stimulasi yang tepat dan pemenuhan kebutuhan esensial lainnya untuk memastikan mereka tumbuh optimal.
Namun, masih banyak keluarga dan pengasuh yang belum memahami pentingnya periode emas dalam perkembangan anak, terutama pada usia dini. Sayangnya, permasalahan ini tidak hanya terjadi di tingkat keluarga, tetapi juga pada layanan dasar seperti Posyandu. Ketimpangan kapasitas dan terbatasnya jumlah kader yang terlatih berdampak langsung pada kualitas pendampingan tumbuh kembang anak, terutama di wilayah dengan keterbatasan sumber daya.
Hal ini dapat berdampak pada terhambatnya tumbuh kembang anak, yang kemudian juga akan berdampak bagi kesehatan dan kemampuan belajarnya di usia selanjutnya, dan pada akhirnya berdampak pada masa depannya.
Pemerintah Indonesia telah menempatkan pengasuhan anak usia dini sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Namun, pencapaian target tersebut memerlukan dukungan dari layanan kesehatan yang optimal di tingkat daerah. Menjawab tantangan ini, Pemerintah Kota Dumai melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai menggelar Pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi Kader Posyandu, Selasa, 15 Juli 2025, di Gedung Pendopo Sri Bunga Tanjung, Kota Dumai.
Bunda PAUD Kota Dumai, Hj. Leni Ramaini, SKM, menegaskan bahwa kader Posyandu merupakan garda terdepan dalam memastikan tumbuh kembang optimal anak usia dini menuju terwujudnya Dumai Unggul dan Sejahtera 2029. “Saya berharap para kader dapat mengikuti pelatihan ini secara maksimal guna membangun ekosistem pengasuhan yang mendukung anak menjadi pribadi sehat, cerdas, dan berkarakter. Upaya ini sejalan dengan visi besar Indonesia menuju Generasi Emas 2045,” sebut Leni.
Di tempat yang sama, Fenny Nur Muhdi, Field Technical Specialist Tanoto Foundation, yang menjadi salah satu pembicara di pelatihan ini, menekankan pentingnya periode emas dalam kehidupan anak—sejak dalam kandungan hingga usia enam tahun—sebagai fase krusial dalam pembentukan struktur otak, pertumbuhan fisik, serta pembentukan karakter.
“Periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan merupakan jendela kesempatan yang tidak dapat diulang, sehingga membutuhkan perhatian serta stimulasi yang tepat dari orang tua, pengasuh, dan tentunya kader Posyandu. Melalui pelatihan ini, kami berharap kader Posyandu memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya stimulasi dini, agar mereka dapat menjadi agen perubahan di komunitas masing-masing dalam mendukung pengasuhan yang responsif dan berkualitas,” ujar Fenny.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 86 kader Posyandu yang berasal dari 32 kelurahan dan 7 kecamatan di seluruh wilayah Kota Dumai. Para peserta mendapatkan materi terkait pengasuhan dan stimulasi anak usia dini, pemahaman mendalam mengenai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Posyandu, serta SPM di bidang pendidikan.
Melalui pelatihan ini, para kader diharapkan dapat menerapkan serta menyebarluaskan praktik-praktik pengasuhan yang berkualitas di lingkungan masing-masing, sehingga semakin banyak keluarga dan pengasuh yang teredukasi dan mampu memberikan stimulasi yang tepat bagi anak-anak sejak usia dini.
Melalui kolaborasi antara pemerintah daerah dan mitra pembangunan seperti Tanoto Foundation, kader Posyandu diharapkan tidak hanya menjadi pelaksana layanan dasar, tetapi juga agen transformasi dalam mewujudkan pengasuhan dan stimulasi anak usia dini yang berkualitas. Pelatihan ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak sejak usia dini, serta memperkuat fondasi menuju Generasi Emas 2045 yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Tanoto Foundation, organisasi filantropi di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, juga memperkuat pendekatan ini melalui inisiatif Rumah Anak SIGAP, sebuah model layanan berbasis komunitas untuk pengasuhan dan stimulasi dini bagi anak usia 0–3 tahun. Rumah Anak SIGAP melibatkan orang tua, kader desa, dan pemerintah lokal dengan berfokus pada tiga strategi utama: meningkatkan kesadaran dan keterampilan pengasuhan bagi orang tua; memperkuat kapasitas kader desa (seperti kader Posyandu, BKB, PKK); serta mendorong advokasi tentang pentingnya stimulasi dini kepada para pemangku kepentingan di tingkat lokal.
Evaluasi program Rumah Anak SIGAP menunjukkan bahwa anak-anak yang terlibat mengalami pertumbuhan dan perkembangan kemampuan belajar yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mengikuti Program Rumah Anak SIGAP.