Jakarta (Antarariau.com) - Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang kini masih pemerintah bersama berbagai elemen masyarakat coba tanggulangi adalah hepatitis C.
Apa itu hepatitis C?
Hepatitis C adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan infeksi virus hepatitis C (VHC). Virus dapat menyebabkan hepatitis akut dan kronis, yang berkisar dari derajat ringan hingga kronik. Derajat ringan biasanya hanya berlangsung beberapa minggu.
Bagaimana cara penularannya?
Pembina Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), dr Rino Alvani Gani, SpPD, KGEH mengatakan penularan virus umumnya melalui media darah dan cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis C.
Selain itu, transplantasi organ yang terinfeksi, perilaku seksual yang tidak aman, pembuatan tato juga bisa menjadi metode penularan virus.
Siapa yang paling berisiko?
Rino mengatakan mereka yang menggunakan narkoba suntik, mereka yang menjalani perawatan kesehatan tak tidak aman seperti cuci darah, tranfusi darah tanpa skrining.
"Skrining darah sekarang lebih baik," tutur dia dalam Pertemuan Konsultasi Nasional Hepatitis C ke II, 2018 di Jakarta, Jumat (26/1).
Di Indonesia, pada tahun 2007, penderita hepatitis C berjumlah hampir 5 juta jiwa, sekitar 2,2 persen dari populasi saat itu dan dalam usia produktif.
Apa gejalanya?
Ahli kesehatan mengigatkan tak seperti kebanyakan penyakit lain, seorang yang terinfeksi virus hepatitis C cenderung tak menunjukkan gejala di awal-awal, sehingga dia tak menyadari sudah terinfeksi.
"Hepatitis C tidak terasa atau tidak bergejala, sehingga pasien kebanyakan tak merasa kalau dia terinfeksi virus hepatitis C," kata Rino.
Namun, 20 persen orang merasakan gejalanya, seperti letih, malaise, tidak mau makan.
Khusunya pada 80 persen penderita yang merasakan gejala, pengobatan menjadi sulit karena sudah ada sirosis--pengerasan hati.
"Perkembangan dari kondisi normal menjadi penyakit hati lanjut, perlu waktu 25-30 tahun. Saat itu, pengobatan sudah sulit karena sudah ada sirosis," jelas Rino.
Faktor yang memperparah?
Sejumlah faktor yang meningkatkan risiko kronisitas antara lain jenis kelamin laki-laki, berusia di atas 25 tahun saat mengalami infeksi, mereka yang tak merasakan gejala, konsumsi alkohol, obesitas, kondisi resitensi insulin dan diabetes melitus tipe 2.
Deteksi dan pengobatannya?
Pemerintah sudah menyediakan tes antibodi hepatitis C gratis untuk 140.000 orang dan pengobatan menggunakan obat terbaru untuk melawan virus (Direct Acting Antiviral atau DAA)
"Hepatitis B dan C tahun 2030 targetnya tereliminasi. Senjata semakin lengkap, tahun 2016 sudah DAA dengan angka kesembuhan 98 persen. Biaya jauh lebih murah," ujar Kasubdit Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan RI, dr Sedya Dwisangka.
Berita Lainnya
Yuk Mengenal Sosok Fotografer Achmad Zulkarnain
08 October 2017 9:25 WIB
Petenis Indonesia Aldila Sutjiadi bersiap melangkah lebih jauh di Madrid Open
25 April 2024 11:15 WIB
Jauh lebih ekonomis, segini biaya kepemilikanmobil Wuling Air Ev
12 December 2022 14:03 WIB
Mengenal lebih jauh ragam destinasi wisata unik di Marina Bay Singapura
13 April 2022 10:50 WIB
Manfaat vaksinasi jauh lebih besar dari efeknya
22 August 2021 18:52 WIB
Mendikbud Nadiem pastikan bantuan KIP Kuliah 2021 jauh lebih tinggi
26 March 2021 15:30 WIB
Lapan: jangkauan Roket RX-450-5 lebih jauh dari prakiraan
04 December 2020 13:00 WIB
Baleg DPR paparkan UU Cipta Kerja yang jauh lebih luas dari soal tenaga kerja
10 October 2020 11:37 WIB