Pekanbaru, 7/6 (ANTARA) - Humas Partai Golkar Riau Abubakar Siddik mengatakan, kekalahan Golkar pada empat pilkada serentak di Provinsi Riau bukan karena lemahnya mesin politik partai.
"Kekalahan bukan karena ada kelemahan di mesin politik karena kita tetap solid," kata Abubakar kepada ANTARA di Pekanbaru, Senin.
Berdasarkan data penghitungan suara sementara, hanya satu pasangan calon bupati yang diusung Partai Golkar berhasil unggul, yakni Yopi Arianto-Harman Harmaini yang terus memimpin perolehan suara di Kabupaten Indragiri Hulu.
Sedangkan, calon yang diusung Golkar di Kabupaten Bengkalis, yakni Sulaiman Zakaria-Arwan Wahidin, yang sebelumnya sangat dijagokan banyak kalangan, ternyata secara mengejutkan masih tertinggal di posisi ke-2.
Hal serupa juga terjadi pada pasangan "incumbent" yang diusung Golkar pada pilkada Kota Dumai, yakni Zulkifli AS-Sunaryo, yang berada di posisi dua.
Sementara itu, calon kepala daerah di Kabupaten Kepulauan Meranti yakni pasangan Rosfian-M Adli, harus puas berada di posisi tiga.
"Tiga calon yang kalah bukan murni kader Golkar. Bukti mesin politik kita tetap jalan, bisa dilihat dari kemenangan Yopi di Indragiri Hulu, karena dia adalah Ketua DPD II Golkar di sana," ujarnya.
Menurut dia, partai berlambang pohon beringin tersebut kemungkinan besar akan melakukan evaluasi dan perombakan total untuk mengantisipasi kegagalan di Riau.
"Perombakan perlu dilakukan terutama penggunaan survei untuk mekanisme pentuan calon kepala daerah," ujarnya.
Ia menilai, kekalahan Golkar di Riau merupakan anomali politik. Menurut dia, Golkar telah mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) No. 2 Partai Golkar Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, sebelum menentukan dukungan kepada pasangan kandidat pada pilkada di empat daerah di Riau.
Bahkan, pihaknya juga telah melakukan survei melalui LSI untuk melihat pasangan calon yang kemungkinan besar meraih banyak dukungan rakyat.
Ia menilai, kegagalan di Riau merupakan keanehan tersendiri karena Golkar meraih kemenangan signifikan pada pilkada di Sumatera Selatan dan Kepulauan Riau, yang juga menerapkan mekanisme penentuan pasangan calon kepala daerah yang sama.
"Namun, ternyata hasil survei LSI di Riau meleset semua. Justru calon yang mendapat nilai rendah saat survei, ternyata malah menang," ujarnya.