Pekanbaru (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Riau menargetkan akan memberikan bantuan teknologi organik kepada para petani sayur dan holtikultura di Pekanbaru agar mampu mengembangkan proses pertanian.
"Sehingga mereka menghasilkan produk berkualitas, pasokan terjamin dan harga stabil, hingga berpengaruh pada pengendalian inflasi, " kata Kepala BI Riau Siti Astiyah di pengukuhan pengurus Kelompok dan Gapoktan Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung, Kampar, Jumat.
Sebut Siti para petani akan dilatih sampai mampu menghasilkan pupuk cair organik, media tanam, bagaimana menanam sendiri dan sebagainya.
Siti mengatakan pengembangan klaster tidak hanya semata untuk pengendalian inflasi namun bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
"Bank Indonesia akan memberikan pembinaan dalam kelembagaan kelompok tani, bantuan teknologi pertanian, pelatihan pertanian organik, dan pemberian sarana pertanian untuk mendukung usaha kelompok tani," ujarnya.
Menurut Siti, bila sebelumnya petani berusaha sendiri-sendiri, dengan pola klaster petani akan dijadikan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dan saling mendukung, untuk memperlancar komunikasi, transfer pengetahuan, pengaturan pola tanam, dan meningkatkan efisiensi.
"Diharapkan nantinya tidak akan ada Iagi kelangkaan sayur pada satu periode yang mengakibatkan harga naik, dan banjir komoditas tertentu pada periode yang lain yang mengakibatkan harga turun dan merugikan petani," harap Siti.
Lebih lanjut Siti menambahkan program klaster ini dapat berhasil dengan baik dan mendapat dukungan dari stakeholder terkait, mulai dari petani, konsumen, pemerintah daerah, dan pelaku dunia usaha.
"Karena kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir yang hendak dicapai," tambah Siti.
Gapoktan Agro Berjadi sendiri merupakan gabungan 4 kelompok tani yang total beranggotakan 63 orang petani, dengan komoditas utama berupa sayuran seperti bayam, kangkung, slada, pakcoi, sawi, kemangi, gambas, paria, cabai, jagung, singkong, dll.
Sementara itu Ketua Gapoktan Argo Percasi Suwarno mengaku pihaknya menyambut baik bantuan ini.
"Semoga dengan bantuan ini petani sayur dan holtikultura bisa lebih maju," ujar Suwarno.
Ia menjelaskan produksi sayur dari wilayah itu sejauh ini sudah mampu memenuhi kebutuhan warga Pekanbaru.
"Disini rata-rata petani sayur holtikultura dan produksinya sudah bisa memenuhi kebutuhan Pekanbaru, dan sampai ke transmigrasi. Kami 90 persen petani gusuran wilayah Kertama," jelasnya.
Namun demikian petani kini mengalami kendala dalam pemasaran sayur dimana saat tertentu harga anjlok hingga membuat mereka merugi.
"Kalau harga sayur naik petani lama baru bisa menikmati, sebaliknya jika turun besoknya langsung berlaku, " keluhnya.