PBB: Korban Jiwa Akibat Kelaparan di Gaza Kian Meningkat

id Gaza,Palestina

PBB: Korban Jiwa Akibat Kelaparan di Gaza Kian Meningkat

Arsip: Warga Palestina menunggu bantuan makanan di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan pada 14 Februari 2024 (Xinhua -Yasser Qudih)

New York City (ANTARA) - Korban jiwa akibat kelangkaan makanan yang parah terus bertambah saat serangan udara dan pengeboman di seluruh Gaza terus mengakibatkan orang-orang tewas, terluka, dan mengungsi serta menghancurkan infrastruktur sipil, kata badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (13/8).

Otoritas kesehatan Gaza pada Rabu tersebut melaporkan bahwa delapan orang yang menderita dampak malanutrisi dan kelaparan, termasuk tiga orang anak, meninggal dunia dalam 24 jam sebelumnya.

Baca juga: 24 Negara Desak Akhiri Kelaparan Gaza, Tuntut Akses Bantuan Kemanusiaan Dibuka

"Laporan-laporan seperti ini terjadi setiap hari, yang mencerminkan krisis kemanusiaan yang semakin dalam dan kebutuhan mendesak akan bantuan yang berkelanjutan," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

OCHA mengatakan pada tahun ini, lebih dari 340 anak telah ditangani untuk mendapatkan perawatan malanutrisi di salah satu dari lima pusat perawatan di Gaza. Hingga 5 Agustus, dilaporkan total 49 kematian anak akibat malnutrisi, termasuk 39 anak di bawah usia lima tahun (balita).

Setelah Israel mempertanyakan kebenaran laporan kematian akibat malanutrisi dari otoritas kesehatan Gaza, Stephane Dujarric, juru bicara (jubir) Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres, mengatakan dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini bahwa badan dunia tersebut menemukan fakta bahwa laporan tersebut memang benar adanya.

OCHA mengatakan PBB dan para mitranya mengumpulkan data dari lebih dari 900 rumah tangga di seluruh Gaza pada Juli 2025, yang mengindikasikan adanya trauma berkelanjutan yang mengarah pada masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi. Banyak orang tinggal di tempat penampungan tidak resmi yang penuh sesak, tidak aman, serta minim ruang dan privasi, terutama bagi perempuan dan anak-anak.

Badan PBB tersebut mengatakan mitra-mitra kemanusiaannya yang bekerja di bidang perlindungan mulai memberikan dukungan kesehatan mental dan psikososial kepada tim perawatan mereka yang mengalami trauma di Gaza melalui sesi "perawatan untuk para perawat."

Rumah tangga terus melaporkan sanitasi yang buruk dan kurangnya air bersih, kata OCHA, sementara di Gaza selatan, jalur pipa air yang dipasok Israel, Mekorot, masih rusak selama hampir satu pekan.

OCHA mengatakan tim PBB di Gaza mengumpulkan lebih banyak makanan dan bahan bakar dari perlintasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem dan Zikim pada Selasa (12/8). Separuh lebih dari 15 misi yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel berhasil difasilitasi, sisanya ditolak, dihalangi, atau dibatalkan.

Baca juga: Mesir Usul Gaza Dipimpin 15 Teknokrat Palestina Pasca Gencatan Senjata

OCHA mengatakan sejumlah barang untuk tempat perlindungan menjadi prioritas karena pasokan telah habis, membuat orang-orang terpapar panasnya musim panas dan tidak terlindungi ketika musim dingin tiba. "Banyak tenda dan terpal yang perlu diganti... Hal ini sangat mendesak di tengah pengumuman perluasan operasi militer Israel di Gaza City, yang akan menimbulkan konsekuensi bencana bagi masyarakat."

Masuknya barang-barang sedikit memperbaiki situasi pasar baik dari segi harga maupun ketersediaan, namun jumlah bantuan yang dapat dibawa masuk ke Gaza tidak memenuhi kebutuhan minimum bagi mereka yang kelaparan, ungkap OCHA.

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.