Pekanbaru (Antarariau.com) - Ana (40) warga Jalan Fazar Payung Sekaki Kota Pekanbaru, mengaku kesal setelah beputar-putar selama satu jam baru menemukan penjual gas tiga kiogram di salah satu warung sekitar dengan harga Rp35.000/tabungnya.
"Sejak pukul 07.00 WIB saya mencari gas ke beberapa pangkalan dan warung di sekitar Fazar dan Sigunggung baru dapat di warung ini mahal lagi Rp35.000/tabung 3 kg, "ujar Ana kepada antara, Sabtu.
Ana tidak bisa menawar harga lagi karena menurut pemilik warung ini tabung terakhir dagangannya.
"Daripada saya tidak memasak terpaksa beli walau mahal, " kata Ana beralasan tetap membeli gas tersebut.
Hal yang sama diakui Sumiyem (35) pemilik usaha gorengan di Sigunggung ia juga terpaksa membeli gas tabung melon di warung pengecer karena sudah empat pangkalan dan satu SPBU ia datangi mengatakan gas kosong.
"Tiap hari saya menghabiskan dua tabung gas tiga kilogram untuk memasak goreng dagangan saya, " ujarnya.
Ia mengaku sudah sepekan terakhir ini tiap hari muter-muter mencari gas, kadang didapat pada warung agak jauh dari rumahnya.
Menurut dia biasanya elpiji tabung melon itu mudah didapat pada pangkalan, harganya lebih murah lagi Rp18.000/tabung tiga kilogram. Namun ia heran sejak Idul Adha 1438 Hijriyah gas langka. Pangkalan mengatakan kosong, sementara ada dijual di warung.
"Seminggu ini saya harus beli gas dari warung harganya mahal, ini tadi saya beli Rp30.000/tabung," sambil menunjukkan dua tabung miliknya.
Sementara itu Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Pekanbaru, Masirba Sulaiman saat dikonfirmasi antara membenarkan memang sepekan ini pihaknya banyak menerima keluhan ada kelangkaan elpiji tiga kilogram di wilayah setempat.
Ia bahkan tidak kaget lagi saat dilapori ada warung menjual elpiji hingga Rp35.000/tabung, walau sudah dibandrol HET Rp18.000/tabung oleh Pemko Pekanbaru. Karena diakuinya itu ulah pedagang yang mengambil kesempatan pada moment tertentu dan melihat pasar yang meminta.
"Kami sudah lakukan uji petik Kamis kemaren pada 11 warung di sekitar Jalan Durian memang rata-rata mereka menjual antara Rp25.000-Rp30.000/tabung tergantung konsumen yang butuh dan mau membeli, " kata Masirba.
Sebenarnya sebut Irba sapaan pria paruh baya ini distribusi elpiji tiga kilogram kini sudah lancar, pengiriman ke pangkalan normal, walau sempat terjadi gangguan saat pengiriman karena adanya kemacetan distribusi dari Dumai akibat terganjal pada lalulitas jalur Duri ke Pekanbaru sepekan lalu.
"Memang sudah jadi dampaknya jika satu hari saja ada gangguan distribusi elpiji maka sepekan kedepan akan ada masalah, " tuturnya.
Makanya sebut dia pihaknya sudah melakukan beberapa kali operasi pasar elpiji di kecamatan Pekanbaru guna memenuhi permintaan masyarakat, seperti Rumbai dan Payung Sekaki.
Sementara itu Ima (40) pemilik warung di Jalan Among mengaku sudah sepekan ia tidak mendapatkan pasokan elpiji tiga kilogram dari langganannya yang mengaku pemilik pangkalan di Sigunggung karena langka.
"Ini saya baru dapat Selasa kemaren harganya sudah naik biasanya Rp19.000/tabung dan saya jual lagi Rp22.000/tabung, sekarang modalnya sudah jadi Rp22.000/tabung terpaksa jual Rp24.000/tabung," ujarnya singkat.
Pantauan antara di seputar Jalan Fazar Labuh Baru Barat ada beberapa warung kelontong yang memperdagangkan elpiji tiga kilogram dengan harga bervariasi.
Sebut saja Warung Ajo Jalan Fazar dekat Simpang Jalan Rokan hanya memajang satu tabung elpiji tiga kilogram dan satu tabung 12kg. Saat konsumen datang hendak membeli gas , Ajo mengaku hanya punya stok satu lagi tabung melon dan harganya Rp30.000/tabung.
Tidak jauh dari tempat itu ada lagi rumah toko yang menjadi butik dan tempat sanggar senam memajang empat tabung elpiji sepertinya hendak di jual. Saat ditanyai harga ia mematok Rp25.000/tabung, namun ketika dibeli justru pemilik tidak lagi mau menjual gasnya karena alasan untuk dikonsumsi.
Dari pantauan antara jelas terlihat permainan para pemilik warung dalam mengendalikan harga di tingkat konsumen, mereka menjual dan menawarkan harga tertinggi jika dibeli silahkan, kalau tidak cari ditempat lain, dengan alasan mereka gas langka, jadi mau-tidak mau konsumen akan beli.
Hal inilah yang tidak dapat ditertibkan oleh Pemko Pekanbaru karena dalam Peraturan Walikota bahwa sistem distribusi elpiji terakhir hanya pangkalan bukan warung.
"Elpiji di jual oleh warung bukan ranah kami untuk menertibkan, " kata Masirba.
Masalahnya sekarang bagaimana justru elpiji tiga kilogram banyak dijual di warung yang memang mematok harga suka-suka, sementara pangkalan kosong.