Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sebuah adagium menyebutkan "Anda jangan mengaku wartawan senior sebelum menulis buku meski sudah malang melintang di dunia pers, tanpa itu anda adalah wartawan karatan".
Bagi almarhum H Muljadi hal itu ia aplikasikan sekaligus. Sebagai wartawan tiga zaman, sejak zaman orde lama, orde baru dan orde reformasi ia telah menulis lima buah buku dalam karirnya dibidang jurnalistik.
Selain buku, ia juga seorang penulis opini produktif diberbagai media tidak hanya di Riau tapi juga Jakarta dan Sumbar. Ia ikut menyumbangkan tulisan dalam buku "Kutukan Tanah Riau; Sebuah Bunga Rampai Konflik di Mata Wartawan Riau," yang ditulis oleh 16 wartawan Riau.
Kini wartawan senior itu telah tiada. Pada Sabtu sekira pukul 18.35 WIB almarhum dipanggil sang khalik, Allah SWT.
Menurut H Dheni Kurnia, ketua PWI Riau yang juga teman dekat Muljadi, almarhum Lahir di Bandung 18 April 1943. Setamat Fakultas Sastra Prancis, Unpad, beliau menjadi Wartawan Pikiran Rakyat Bandung. Kemudian, pindah ke Jakarta dan menjadi Wartawan Sinar Harapan.
Setelah menikah dengan Wan Fauziah, Putri Mantan Walikota Pekanbaru, Wan Abdurrahman, almarhum pindah ke Pekanbaru, menjadi koresponden Sinar Harapan. Ketika Sinar Harapan dibredel dan lahir Suara Pembaruan, Muljadi bertahan di Suara Pembaruan sampai pensiun tahun 2002.
Setelah pensiun, almarhum menjadi koresponden lepas di Suara Pembaruan dan menulis di berbagai media di Riau, Sumbar dan Jakarta hingga akhir hayatnya. Sudah menulis 5 buah buku tentang perjalanan jurnalistik. Meninggalkan satu anak; Muhammad Emille Zola, dan dua orang cucu.
Selama menjadi wartawan, sudah menunaikan rukun haji sebanyak 6 kali dan berkeliling dunia dalam tugas tugas jurnalistik. Antara lain ke wilayah Asia Tenggara, Asia, Eropah dan Amerika. Almarhum juga pernah menyambangi Makam Sjech Yusuf di Afrika Selatan. Beliau meninggal dunia di RSUD Pekanbaru.
"Pers di Riau kehilangan wartawan terbaik, seorang jurnalis yang total membaktikan hidupnya, tak kenal lelah meski di usia senjanya. Beliau sebagai teman sekaligus pemberi inspirasi dan guru," ujar Dheni yang akan mengakhiri dua periode kepemimpinannya itu.
Saat berkunjung ke Antara Muljadi menyatakan menulis berita dan opini sudah seperti menjadi kebutuhan baginya. Dengan menulis opini ia bisa menyalurkan pemikiran dan gagasan sementara dalam menulis berita bisa mendiseminasikan informasi yang dibutuhkan warga.
"Selamat jalan Pak Mul, teramat banyak kenangan bersamamu, nasihatmu, motivasimu, akan tetap hidup bersama kami. Semoga Allah memberikan tempat terbaik buatmu," demikian pesan Satria Utama, wakil ketua PWI Riau.
Selamat jalan abang dan bapak H Muljadi. Semoga dedikasi mu diikuti oleh pekerja pers lainnya dalam bentuk karya jurnalistik dan buku yang mencerahkan dan enak dibaca.