Pekanbaru (Antarariau.com) - Pemerhati budaya Provinsi Riau, Dendi Gustiawan menyesalkan hilangnya delapan koleksi bersejarah dan bernilai tinggi yang disimpan serta dipamerkan di Museum Sang Nila Utama di Kota Pekanbaru.
"Saya melihat ini pengabaian. Sekarang kalau sudah hilang saling tuding satu dengan lainnya," kata Dendi di Pekanbaru, Rabu.
Dendi yang juga pemerhati cagar budaya Riau itu menilai unsur keamanan dan keseriusan pengelola museum yang minim dianggap menjadi pemicu hilangnya delapan koleksi bersejarah tersebut.
Dia mengatakan, hilangnya koleksi bersejarah ini harus diusut secara serius, terutama Satreskrim Polresta Pekanbaru yang saat ini telah menerima laporan tersebut.
"Ini perlu digali, karena banyak sekali kejanggalan yang saya lihat di sini. Terutama CCTv yang tidak berfungsi selama beberapa tahun. Sistem keamanannya juga saya pertanyakan," katanya.
Dia meyakini bahwa pelaku yang mengambil benda bersejarah itu bukan merupakan pelaku biasa. Melainkan jaringan yang telah terstruktur rapi dan berpotensi melibatkan informan dari internal.
"Benda bersejarah ini tidak bisa dijual bebas. Ada penampungnya, ada kolektornya. Ini jaringan yang rapi kalau saya melihat," katanya.
Delapan koleksi Museum Sang Nila Utama Riau terdiri dari Keris Melayu empat buah, masing-masing satu buah Pedang Melayu Sondang, Piring Seladon Emas, Kendi VOC dan Kendi Janggut dipastikan raib. Kasus itu kini ditangani Satreskrim Polresta Pekanbaru.
Seluruh koleksi tersebut hilang dua kali berturut-turut. Kejadian pertama pada akhir Februari 2017 lalu, dengan tujuh benda pusaka yang disimpan di gudang raib.
Terakhir, sebuah benda pusaka berupa keris dari Kabupaten Indragiri Hulu yang terbuat dari gading dan kayu serta dilapisi perak hilang pekan ini. Keris itu hilang dari lemari pajangan yang berada di ruang museum. Kasus tersebut saat ini ditangani oleh Mapolresta Pekanbaru.
Namun pengelola museum tidak memiliki kamera pengintai sehingga kejadian kehilangan itu sama sekali tidak terekam CCTv.
Kasus ini sendiri menarik perhatian berbagai kalangan seperti legislator, Ombudsman hingga pengunjung museum. Senada dengan Dendi, mereka meminta agar kasus ini diungkap secara tuntas.