Pengemasan Kopi Liberika Asal Meranti Masih Sederhana

id pengemasan kopi, liberika asal, meranti masih sederhana

Pengemasan Kopi Liberika Asal Meranti Masih Sederhana

Selatpanjang, Riau (Antarariau.com) - Produk lokal kopi liberika dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, masih terkendala pada pemasaran karena masih dikemas dalam bentuk sangat sederhana sehingga kurang menjual.

Romadani (27), penampung biji kopi liberika di Selatpanjang, Meranti, Jumat, mengatakan, produk yang dihasilkan petani setempat, sudah dikemas dalam bentuk kantongan timah.

"Kalau untuk sekarang ini, produk kopi hasil petani kita masih dikemas biasa aja. Liberika milik saya itu, menggunakan (kantong) timah yang polos," ucapnya.

Dia mengaku, kondisi tersebut juga dialami ketika mengikuti pameran berbagai produk Kepulauan Meranti seperti di Jakarta baru-baru ini.

Lazimnya salah satu elemen terpenting yang tidak bisa dipisahkan dari produk, tetapi masih sering dilupakan oleh mayoritas industri kecil adalah masalah kemasan.

Walau usah kopi liberika Meranti telah menggunakan timah karena memiliki daya tahan lebih lama untuk penyimpanan produk bisa sampai dua tahun.

"Saat ini, kita lebih fokusk melayani permintaan biji kopi masih dalam bentuk jambu dengan buah berwarna kecoklatan untuk hasilkan green bean (biji kopi kering)," terangnya.

"Jika sudah di-roasting (pembakaran), maka persediaan jadi terbatas dan tidak mencukupi. Karena cuma 25 kilogram untuk satu kali roasting," tambah Romadoni.

Solehudin, petani kopi berasal Kecamatan Rangsang mengatakan, biji kopi varietas liberika mereka hasilkan menjadi primadona di negeri jiran Malaysia.

Kondisi ini terjadi, lanjutnya, karena kopi jenis itu belum dikenal secara luas negeri sendiri. Bisa jadi disebabkan kurangnya promosi baik pemerintah atau swasta.

"Dalam satu bulan, tiga hingga lima ton kami kirim ke Malaysia. Itu kalau lagi musim panen raya. Pengiriman dalam bentuk green bean," terangnya.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kepulauan Meranti, Syamsuar Ramli mengaku, pihaknya masih terkendala anggaran untuk memberi pelatihan pengemasan produk khas daerah.

Di Selatpanjang, sebagai ibu kota kabupaten, kini telah ada dua tempat menjual berbagai produk khas Meranti. Mulai dari kopi, kopi luwak, kerupuk udang, berbagai makanan berbahan dasar sagu.

"Meski anggaran terbatas, tapi upaya promosi masih tetap dilaksanakan. Dengan catatan, jika anggaran sudah cukup untuk membiayai," ucapnya.