Dishut Sumsel Kagumi Program Desa Bebas Api APRIL

id dishut sumsel, kagumi program, desa bebas, api april

Dishut Sumsel Kagumi Program Desa Bebas Api APRIL

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Program Desa Bebas Api atau Free Fire Village (FFV) Asia Pacific Resources International Holdings Ltd.(APRIL) dapat dicontoh perusahaan lain yang ada di Riau. Hal tersebut diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (PHLK) Provinsi Sumatera Selatan, Ahmad Taufik dalam Technical Workshop Fire Free Alliance di Premiere hotel, Senin (20/6) yang diikuti oleh berbagai perusahaan perkebunan, seperti Wilmar,Musim Mas dan Asian Agri.

Ahmad apresiasi dengan program tersebut karena mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungannya.

"Program Desa Bebas Api sangat bagus dan sudah cukup baik. Saya berharap kedepannya ditambah lagi desa yang bergabung dalam program ini. Menurut saya program ini dapat dicontoh oleh perusahaan lain di Riau," ujarnya.

Dalam pemaparannya, Ahmad mengatakan pemerintah Provinsi Sumsel telah membuat gerakan Radar Karlahut, dimana gerakan pengendalian Karlahut lansung dipimpin oleh Gubernur.

"Gerakan ini melibatkan semua stakeholder. Kami mencoba merangkul masyarakat dengan membentuk desa peduli api yang saat ini telah mencapai 102 desa," tuturnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisila (BMKG) Pekanbaru, Sugarin. Ia mengapresiasi dengan program desa bebas api APRIL. Pasalnya, program tersebut dapat mengedukasi masyarakat desa untuk tidak membuka lahan tanpa bakar.

"Dampak program Desa Bebas Api telah banyak memberikan kontribusi, yakni dengan membuat masyarakat berlomba-lomba untuk menjaga lingkungan. Yang diharapkan dari perusahaan adalah mengubah budaya membuka lahan tanpa bakar, dan perusahaan haruslah memberikan edukasi kepada mereka," ucap Sugarin.

Menyikapi perbedaan hotspot dan firespot, Sugarin menjelaskan hotspot tersebut merupakan titik panas bukan titik api dimana suatu tempat temperaturnya tinggi dari lingkungannya, yakni diatas 42 derajat. Sedangkan firespot merupakan titik api.

"Hotspot tersebut belum tentu ada api, tetapi suhu dilingkungan tersebut lebih dari 42 derajat, kalau firespot, ada titik api. Untuk tahun ini hotspot maupun firespot Alhamdulillah menurun. Karena prediksi BMKG hingga akhir tahun nanti Riau dilanda kemarau basah. Artinya, walaupun kemarau intensitas hujan masih ada," jelasnya.

Perwakilan Wilmar regional Sumatera Selatan, Uus Sudarmadi mengatakan pihaknya juga memiliki program desa bebas api di Riau, Sumsel dan Kalimantan.

"Kami membantu melengkapi peralatan untuk pemadaman di desa-desa yang masuk program kami," ucapnya.

Sementara itu, Manajer program Desa Bebas Api, Sailal Arimi mengatakan tujuan workshop ini adalah untuk menindaklanjuti Technical Workshop Fire Free Alliance yang pertama pada Maret 2016 lalu.

"Selain itu diskusi antara perusahaan bagaimana program desa bebas api berjalan di daerah masing-masing," jelasnya.

APRIL terus mengajak masyarakat untuk mencegah Karlahut melalui program Desa Bebas Api dan Masyarakat Peduli Api. Dijelaskannya, program Desa Bebas Api yang telah diselenggarakan sejak tahun 2014 ini awalnya hanya diikuti oleh 5 desa, kemudian di tahun 2016 berkembang menjadi 20 desa dari 5 kabupaten dengan insentif sebesar Rp 100 juta bagi desa yang berhasil menjaga lahannya dari kebakaran. (ADV)