Oleh Muhammad Said
Pekanbaru, (Antarariau.com) - PT Chevron Pacific Indonesia diklaim telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 806 orang karyawan hingga akhir April tahun ini, dari recana perusahaan multinasional asal Amerika Serikat tersebut 1.600 pekerja.
"PHK jalan terus. Jadi kemarin itu menurut laporan perusahaan (Chevron) sudah 806 orang yang ambil PHK," papar Ketua Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi) Basis Chevron Pacific Indonesia Riau, Nofel di Pekanbaru, Rabu.
Angka tersebut, lanjutnya, berdasarkan PHK dilakukan perusahaan multinasional pada sektor minyak dan gas bumi (migas) dalam dua bulan terakhir baik di Provinsi Riau dan Pulau Kalimantan.
Namun pihaknya belum mendapat data akurat berapa jumlah karyawan Chevron di provinsi tersebut atau di Kalimantan yang terkena PHK selama bulan April.
"Ini kita belum dapat data yang akurat tentang di Riau berapa dan Kalimantan berapa. Karena sekarang ini, sangat dirahasiakan betul oleh perusahaan. Kalau kemarin sudah disampaikan perusahaan itu dalam rapat," katanya.
Data pihaknya terdapat 740 orang karyawan, terdiri dari 500 orang lebih pekerja di Kalimantan dan sekitar 200 orang pekerja di Riau terkena PHK sampai akhir Maret 2016.
Chevron miliki total karyawan berjumlah sekitar 6.500 orang di Indonesia dan mengantungkan hidup pekerja serta keluarga dari sektor migas.
"Sedangkan yang bulan April ini, disampaikan dalam rapat kemarin atau sewaktu klarifikasi di disnaker (dinas tenaga kerja dan transmigrasi). Tapi berapa Kalimantan dan Sumatera, tidak disampaikan," ucap dia.
"Yang 700 orang sudah selesai, sedangkan sekitar 100 orang lebih lagi dalam proses pembayaran," terang Nofel.
Kepala Komunikasi Chevron di Riau, Tiva Permata yang coba dihubungi Antara melalui telepon genggam, terdengar nada sambungan aktif, tapi tidak menjawab
Sedangkan pesan singkat (sms) yang dikirim melalui telepon genggam bersangkutan, sampai berita ini diturunkan, tidak ada jawaban.
Senior Vice President, Policy, Government, and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar sebelumnya mengatakan, perusahaan migas tersebut kini tengah melakukan kajian terhadap semua model bisnis dan operasi.
"Latar belakangnya bukan hanya karena harga minyak yang rendah, melainkan sejak tahun lalu kami sudah melakukan tinjauan terhadap bisnis dan operasi di lapangan," katanya.
Berita Lainnya
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB
Sejumlah Produk Kosmetik Dan Makanan Kadaluarsa Disita Pihak Polres Bengkalis
16 December 2016 23:15 WIB