Oleh Ahmad Wijaya
Jakarta, (Antarariau.com) - Sri Rejeki, warga Grogol Petamburan, terpaksa berhitung ulang dan hati-hati saat berbelanja daging ayam. Harga ayam potong, menurutnya, saat ini sangat mahal walaupun tak semahal daging sapi.
Daging ayam, katanya, sudah merupakan makanan wajib sehari-hari untuk keluargannya karena seluruh anggota termasuk penggemar daging ayam.
"Saya mau tak mau harus tetap membeli ayam potong walau harganya sangat tinggi, sehingga belanja barang yang lain terpaksa dikurangi," katanya saat berbelanja di sebuah pasar tradisional di Tomang Barat, Jakarta.
Harga daging ayam pascalebaran menunjukkan kecenderungan meningkat, mengikuti mahalnya daging sapi yang sudah naik terlebih dahulu.
Lonjakan harga daging ayam di sejumlah daerah menyebabkan daya beli konsumen melemah, sehingga para pedagang mengurangi jumlah barang dagangannya karena terus merugi.
Di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara, misalnya harga satu kilogram daging ayam mengalami kenaikan dari sebelumnya Rp22.000 menjadi Rp33.000.
Bahkan di Kota Dumai, Provinsi Riau, harga satu kilogram daging ayam bisa menembus hingga Rp40.000.
Akibat harga daging ayam yang tinggi dan menyebabkan daya beli rendah, pedagang pun mengalami kerugian karena dagangannya tak laku. Ini membuat sebagian pedagang marah dan ikut-ikutan mogok seperti pedagang daging sapi.
Aksi mogok antara lain dilakukan pedagang daging ayam di pasar Sederhana Kota Bandung, Jabar, sejak Kamis (20/8) pukul 11.30 WIB.
Seorang pedagang daging ayam Pasar Sederhana, Deden, mengatakan aksi yang dilakukan pedagang daging se-Jawa Barat itu mengacu kepada surat edaran dari Persatuan Pedagang Warung dan Pasar Tradisional (PESAT) dalam rangka mendesak agar institusi terkait segera menstabilkan kembali harga daging ayam.
Kendati daging ayam di lapaknya masih tersisa, ia memilih untuk tetap menutup lapaknya. Pasalnya, apabila ia berkeras tetap membuka lapak hingga lewat pukul 11.30 WIB, khawatir mendapat sanksi.
"Harus tetap tutup, saya tidak mau bermasalah dengan teman-teman," kata Deden yang sedang membersihkan lapak daging ayamnya yang sudah kosong.
Deden menambahkan, ia akan membawa pulang semua sisa dagangannya hari itu ke rumah. Ketika ditanya akan dikemanakan daging-daging tersebut, ia mengaku akan menjadikan daging-dagingnya itu sebagai lauk di rumah. Dan sebagiannya lagi akan Deden bagikan dengan sukarela kepada sanak saudaranya.
Ia berharap, agar pemerintah segera menindaklanjuti mogoknya para pedagang daging dengan menurunkan harga daging ayam di pasaran, agar pedagang daging ayam bisa kembali berjualan.
"Kami berharap institusi terkait segera menstabilkan harga. Kasihan pedagang, kasihan juga pembelinya," katanya.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengimbau agar pedagang daging ayam tidak mogok berdagang karena pihaknya akan menjamin stok dalam negeri.
"Kami mengimbau pendagang unggas di Bandung tidak mogok karena stok aman dan harga di tingkat peternak stabil," katanya.
Ia mengharapkan agar pedagang tetap berjualan karena pemerintah menjamin stok dalam negeri aman dengan harga yang standar seperti sebelum Ramadlan.
Dikatakan pihaknya akan melakukan operasi pasar jika harga ayam potong di pasar tetap tidak terkendali. "Tapi kalau hal itu (mogok) dilakukan semua sudah siap melakukan operasi pasar dengan Bulog," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memperhatikan kebutuhan dalam negeri terhadap daging ayam.
"Siap operasi pasar, kemudian "supply" (persediaan) dan "demand" (permintaan) memang harus kita perhatikan ke depan," ujarnya.
Ia mengatakan operasi pasar akan dilakukan oleh Kementerian Pertanian, Bulog dan pengusaha unggas.
"Kita sudah cek di pengusaha unggas harganya normal Rp17 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram, stok juga cukup, tidak ada lagi alasan lain harga naik di lapangan," katanya.
Kenaikan harga daging ayam secara pelan-pelan akhirnya menjadi isu nasional dan mendapat perhatian dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kenaikan harga daging ayam di sejumlah daerah di Tanah Air disebabkan oleh penurunan persediaan daging sapi sehingga permintaan terhadap daging ayam meningkat.
"(Kenaikan harga) daging ayam ini ada hubungannya dengan daging sapi. Harga daging sapi naik, orang-orang beralih ke daging ayam. Karena permintaan tiba-tiba beralih ke daging ayam, maka naiklah (harga daging) ayam," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta.