Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kampar Provinsi Riau menargetkan dalam waktu dekat daerah itu akan swasembada daging dan sapi hingga memutuskan mata rantai pasokan sapi yang selama ini didatangkan dari luar daerah khususnya Lampung.
"Selama ini, Riau khususnya Kampar masih kekurangan sapi, terutama pada musim Lebaran Idul Adha," kata Bupati Kampar Jefry Noer di Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Kamis siang.
Bahkan, lanjut dia, Pemerintah Kampar bertekad untuk mewujudkan daerah itu sebagai lumbung sapi yang dapat memenuhi kebutuhan daging untuk 12 kabupaten/kota yang ada di dalam provinsi.
"Tekad ini telah dimulai dengan melaksanakan berbagai program kerakyatan bidang peternakan yang dipadukan dengan pertanian," kata Bupati Jefry Noer.
Ia menjelaskan, salah satu program yang mendukung Kampar untuk mewujudkan tekad sebagai daerah penghasil sapi terbesar di Riau adalah Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE).
Lewat program ini, lanjut dia, semua yang dihasilkan dari hewan ternak khususnya sapi diolah menjadi bahan kebutuhan yang potensial, untuk ketahanan pangan dan energi.
Sebagai dukungan ketahanan pangan bagi tiap rumah tangga, kata Jefry, kotorannya mulai dari kotoran berat hingga urine diolah menjadi pupuk berkualitas tinggi, sehingga masyarakat petani tak perlu lagi membeli pupuk hasil industri luar daerah untuk tanaman pertaniannya.
Urine sapi yang diolah menjadi biourine, menurut dia, selain digunakan untuk kebutuhan tanaman pertanian sendiri, juga dapat dijual ke sejumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Kampar sehingga menambah pemasukan dengan nilai yang besar.
"Begitu juga dengan pupuk hasil olahan kotoran berat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut, juga dapat dijual dengan peminat yang tinggi," kata dia.
Selanjutnya, demikian Jefry, dari enam ekor sapi yang dipelihara di atas lahan seribu meter persegi, masing-masing kelompok atau rumah tangga dapat melakukan pembiakan dengan pola kawin suntik.
Dengan demikian, kata dia, setiap tahun akan ada tambahan enam ekor sapi dan terus berkembang setiap tahunnya.
"Bayangkan jika seluruh rumah tangga di tiap desa melakukan program ini dan berhasil. Maka Kampar akan menjadi lumbung sapi yang dapat memenuhi kebutuhan sapi di seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Riau, bahkan di luar Riau," katanya.
Pemeliharaan dan pengembang ternak sapi di Kampar menurut Jefry sangat potensial, karena untuk pakannya dapat menggunakan pelepah sawit yang diolah sedemikian rupa, mulai dari penghalusan menggunakan chooper blender, kemudian difermentasikan.
Hal demikian menurut dia akan sangat membantu meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan pakan ternak. Selain itu, akan tahan lebih lama untuk dijadikan persediaan pakan bila disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Nantinya, kata Jefry, pemerintah akan menyediakan satu unit mesin chooper blender di setiap kecamatan dan bisa digunakan secara bergantian oleh setiap pemerintah desa untuk membuat pakan bagi ternak masyarakat di sana.
"Kita mau Kampar swasembada sapi, telur ayam, ikan, cabai dan bawang, untuk itu dengan berternak sapi sepuluh orang saja di tiap desa yang merupakan salah satu program inti dari Rumah Tangga Mandiri Pangan Energi (RTMPE), maka swasembada yang kita inginkan akan segera terwujud. Kampar juga akan menjadi lumbung sapi di Riau," kata Jefry. (adv)