Pakar: Program Kemandirian Pangan Kampar Lepaskan Ketergantungan Sawit

id pakar program, kemandirian pangan, kampar lepaskan, ketergantungan sawit

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Program pengembangan Desa Mandiri Pangan dan Energi (DMPE) yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau adalah suatu upaya tepat untuk melepaskan daerah bahkan negara ini dari ketergantungan kelapa sawit, demikian pakar dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri.

"Hal itu juga merupakan salah satu upaya cermat untuk mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan yang selama ini terus terjadi adalah dengan mengubah pola fikir masayarakat agar tidak terus membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit," kata Tengku Ariful Amri kepada pers di Pekanbaru, Jumat (20/2).

Seperti diketahui, katanya, bahwa selama ini pemahaman masyarakat mengetahui kemampuan alam dalam menopang kehidupan tidaklah utuh. Hal itu terjadi karena tidak pernah disosialisasikan secara serius tentang arti lingkungan sesungguhnya dan bagaimana pentingnya keutuhan alam dan hutan.

Untuk diketahui, lanjut dia, perawatan alam atau lingkungan secara alami dengan eksploitasi atau pemulihan kembali sesungguhnya dapat dilakukan dengan dukungan pemerintah yang wajibnya membuat permodelan.

"Jangan sampai hanya sebatas retorika, karena hal itu tidak akan memberikan efek yang betul-betul mendalam bagi masyarakat selaku pelaku di lapangan," katanya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, jika di Riau masih ada kawasan yang alami yang bisa menopang kehidupan dan perekonomian masyarakat secara produktif tanpa harus membakar, maka itu akan lebih menjawab semua persoalan yang selama ini terjadi.

Maka sebaiknya, kata Amri, permodelan itu harus dimunculkan pada hari ini, seperti misalnya di Malaysia yang sebenarnya sejauh ini masih bebas untuk melakukan sesuatu, namun tetap dalam pengawasan yang ketat.

Sebaiknya juga, lanjut dia, pemerintah pusat untuk segera mengatasi persoalan kebakaran hutan dan lahan penyebab kabut asap sebelum menjadi objek kehancuran bagi negara-negara lain.

"Semuanya ini harus segera diatasi dengan berbagai cara namun optimal dalam realisasinya. Salah satunya mengubah pola fikir masyarakat agar tidak lagi membakar lahan," katanya.

Salah satu contoh yang baik dilakukan adalah dengan berupaya untuk mengarahkan masyarakat dalam membangun kemandirian pangan dan energi.

"Jangan kita hanya terfokus pada perkebunan kelapa sawit saja dan terus menerus mengekspor minyak mentah (CPO) yang bisa saja akan membuat negara menjadi ketergantungan. CPO harusnya dijadikan produk yang lebih bernilai," katanya.

Menurut Amri, ada suatu daerah di Riau yang sesungguhnya telah melakukan upaya pembukaan lahan untuk dijadikan lahan pertanian yang secara tidak langsung juga telah berhasil mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan.

Daerah yang dimaksud Amri adalah Kabupaten Kampar yang dalam program-programnya lebih mengedepankan tercapainya swasembada pangan dan energi.

Pemerintah Kabupaten Kampar melalui Bupati Jefry Noer sejauh ini telah menjalankan berbagai program kesejahteraan masyarakat untuk menuju "zero" kemiskinan, pengangguran dan rumah-rumah kumuh.

Jefry mewacakan dengan lahan seluas seribu meter, dapat menghidupi satu keluarga dengan penerapan kemandirian pangan dan energi. Di atas seluas itu, satu kaluarga bisa beternak, menanam ragam sayuran serta menghasilkan energi untuk menutupi kebutuhan sendiri dari kotoran dan urine hasil hewan peliharaan seperti sapi.

Jefry berencana menerapkan program mandiri pangan dan energi tersebut di seluruh desa yang ada di Kabupaten Kampar. Karena menurut dia, melalui program tersebut semua persoalan teratasi secara sendirinya.

"Termasuk masalah kebakaran lahan. Kalau masyarakatnya sudah mapan, tentu tidak akan membakar lahan. Mereka tidak butuh lahan luas untuk bisa bertahan hidup karena dengan lahan seluas seribu meter saja, mereka sudah bisa mandiri bahkan berpenghasilan lebih Rp6 juta setiap bulannya," kata dia.

Pemerhati Tengku Ariful Amri mengatakan, apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kampar sepantasnya menjadi acuan bagi daerah lain untuk dapat juga menerapkan program yang sama.

"Itu adalah salah satu langkah untuk mengubah pola fikir masyarakat agar tidak lagi menanam sawit yang berpotensi merusak lingkungan. Bahkan dari program kemandirian ini kita bisa swasembada pangan," katanya.