Pekanbaru, (Antarariau.com) - Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Riau, Kasiaruddin menyatakan, buku catatan tentang Melayu, khususnya perjuangan masyarakat Riau masih kurang sehingga masyarakat banyak tidak mengetahuinya.
"Terus terang kita banyak tidak tahu. Saya juga banyak tidak tahu," katanya di Pekanbaru, Jumat.
Menurut dia, sejauh ini buku tentang kebudayaan di negeri tersebut dinilai masih belum banyak, namun saat ini sudah mulai ada penambahan catatan dan pembukuan sehingga akan dapat memperkaya sumber referensi masyarakat.
Salah satunya yang terbaru adalah buku "Tahta Negeriku Untuk Indonesia", yang menulis tentang catatan terkait perjuangan masyarakat Riau terutama pahlawan dari daerah tersebut Sultan Syarif Kasim.
Menurut dia, dengan keberadaan buku itu diyakini akan dapat menambah khazanah pengetahuan masyarakat terkait dengan perjuangan di daerah Riau. "Kemarin (6/11) kita sudah meluncurkan buku ini," katanya.
Khusus mengenai Sultan Syarif Kasim, menurut Kasiaruddin, merupakan seorang pahlawan dan pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sultan Assyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin atau yang dikenal dengan Sultan Syarif Kasim II itu adalah sultan yang terakhir (ke-12) Kerajaan Siak.
Di bawah kepemimpinan Sultan ini, Siak menjadi salah satu ancaman bagi Pemerintah Hindia Belanda pada masa penjajahan.
Sebabnya, dia seorang penentangan terhadap penjajahan dan juga ditunjukkan secara terang-terangan.
Dia juga dikenal menyayangi rakyatnya dan mendukung perjuangan lewat seruan di istana serta hadir dalam kancah perjuangan dengan bantuan yang konkrit.
Saat ini, untuk mengenang jasanya, Pemerintah Provinsi Riau juga mengabadikan namanya pada Bandara Internasional di Pekanbaru dengan nama Sultan Syarif Kasim II.
Pada saat peringatan hari kematiannya atau Haul ke 119, Sultan Syarif Kasim II mendapatkan gelar pahlawan nasional. Penetapannya tanggal 6 November 1998 melalui Keputusan Presiden Nomor 109/TK/1998, yang di tanda tangani Presiden BJ Habibie.