Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menilai sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) masih potensial untuk investasi, khususnya di Kota Pekanbaru.
"Di lihat dari pertumbuhan dan angka pengucuran kredit perbankan untuk sektor PHR menunjukan sektor ini masih potensial untuk investasi," kata Kepala BI Perwakilan Riau, Mahdi Muhammad di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan sektor PHR Riau pada triwulan II-2014 tumbuh stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yakni 8,53 persen (year-on-year/yoy).
Sumber pertumbuhan pada sektor perdagangan ini diperkirakan tidak terlepas dari faktor musiman yakni liburan sekolah dan persiapan menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1435 H, sehingga mendorong peningkatan permintaan.
Peningkatan sektor perdagangan juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha oleh Bank Indonesia pada triwulan yang tercatat mengalami peningkatan," katanya.
Dilihat secara subsektor, lanjutnya, masih kuatnya pertumbuhan subsektor perdagangan didukung oleh penyaluran kredit yang masih terus tumbuh kepada pedagang besar dan eceran, terutama untuk jenis perdagangan kelapa dan kelapa sawit. Kontribusi kredit subsektor itu terhadap kredit sektor perdagangan pada triwulan II-2014 sebesar 5,25 persen.
Sedangkan kredit kepada hotel bintang kontribusnya terhadap kredit sektor perdagangan pada triwulan II-2014 sebesar 7,09 persen. "Perhotelan masih tumbuh positif sehingga diperkirakan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan laporan," katanya.
Selain itu, ia mengatakan peningkatan pada sektor PHR juga didorong oleh peningkatan pada subsektor hotel yang diindikasikan dengan pertumbuhan yang cukup signifikan pada penyaluran kredit kepada hotel bintang, yaitu tumbuh sebesar 35,37 persen (yoy).
Kondisi ini diperkirakan berkaitan dengan kegiatan investasi pelaku usaha dalam pengembangan hotel Provinsi Riau.
"Tingkat hunian hotel di Kota Pekanbaru juga tumbuh meningkat setelah usainya bencana asap yang melanda Provinsi Riau pada triwulan I-2014," katnaya.
Namun demikian, ia mengatakan melambatnya penyaluran kredit kepada sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit serta kontraksi pada penyaluran kredit perdagangan besar dan eceran makanan, minuman, dan tembakau telah menahan laju pertumbuhan sektor perdagangan.