Penghasilan Petani Ikan Kalahkan Gaji Bupati

id penghasilan petani, ikan kalahkan, gaji bupati

Penghasilan Petani Ikan Kalahkan Gaji Bupati

Siakhulu, (Antarariau.com) - Siapa sangka Ahmad Nawawi laki-laki berusia 60 tahun warga Desa Tanah Merah yang menjabat sebagai Ketua RT Kayu Aro ini penghasilannya mengalahkan gaji pokok Bupati Kampar Rp6 juta sebulan, sementara ia berpenghasilan Rp36 juta hanya dari usaha ternak ikan lele dan patin ditambah penghasilan dari rumah petak sewa yang dimiliki dari hasil kolam ikan.

Setiap hari ia menjual ikannya 60 kilogram dengan harga jual Rp20 ribu dari 17 kolam yang dimilikinya.

Nawawi, anak binaan Jefry Noer ini memulai ceritanya, ia mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya angkatan 5-6 tahun 2013. Selepas mengenyam ilmu disana, meminjam dana bergulir kepada PD BPR Sarimadu Rp50 juta.

Dana itu dibuatnya untuk menambah modal usaha pada lahan satu hektar dibagi dua dengan Rofi Saputra anak tentara, Irsan yang juga Ketua RW di desanya yang juga sukses beternak ikan dengan penghasilan Rp329 juta per tahun itu.

Ia memiliki 17 kolam dengan ukuran beragam, ada berukuran 8 x 10 meter dan 10 x 20 meter yang diisinya dua spesies ikan lele sebanyak 60 ribu bibit dan 16 ribu bibit patin. Nawawi meluangkan waktunya di kolam ikan dengan satu orang pekerja yang diberinya upah Rp1,8 juta per bulan berbagi dua bersama Rofi.

“Dari 76 ribu bibit ikan yang saya taburkan dalam 17 kolam ini, saya menghasilkan uang sebulan Rp36 juta dari hasil penjualan ikan 30 kilogram patin dan 30 kg lele setiap hari di Pasar Pagi Pekanbaru, ada juga yang dijual untuk pedagang pecel lele,” ujarnya.

Keuntungan yang diperoleh Nawawi ini, dirasakannya maksimal, karena penjualan ikan dilakukannya sendiri dengan menjual ke pasar atau pada konsumen, berbeda pada tahun 1998 yang lalu, ia menjual ikan tergantung kepada tengkulak, “Kita dipermainkan oleh tengkulak, tahun 1998 lalu saya pernah rugi setiap kali panen antara Rp1 juta sampai Rp3 juta keugiannya,” katanya

Ketua RT ini patut berbangga, hanya dengan usaha ikan, penghasilan sebulannya mengalahkan gaji seorang bupati yang hanya Rp6 juta. Nawawi terkekeh ketika disampaikan bahwa penghasilannya mengalahkan gaji bupati Kampar.

“Saya sangat bersyukur mengikuti program Bupati Kampar, Jefry Noer, saya akui, program ekonomi kerakyataan ini memang sangat menyentuh kehidupan masyarakat, saya sangat mendukung, karena bisa mengentaskan kemiskinan dan pengangguran, masyarakatpun bias memimiliki rumah yang layak dari usaha pertanian, peternakan dan perikanan ini,” akunya jujur.

Tidak itu saja, lapangan pekerjaan dapat dibuka seluas mungkin dari program bupati ini, meskipun kita hari-harinya nyangkul, tetapi kita bekerja di tempat sendiri bahkan bias menggaji orang lain, ucapnya.

Usaha kolam ikan ini sudah ditekuninya sejak 10 tahun yang lalu, karena memang menjadi pekerjaan pokok untuk penopang hidupnya sehari-hari sambil menguliahkan anaknya di FKIP Universitas Islam Riau (UIR) dan SMK Patimura Pekanbaru. Satu orang anaknya sudah berumah tangga dan memiliki usaha warisannya sebagai tukang ukir kayu Jepara.

Bersama istrinya, Nafsah yang sama-sama satu kampung dari Jepara, Nawawi merasakan hidup tenang dan damai, tidak lagi dalam tekanan karena kemarahan pelangganya sebagai tukang ukir kayu Jepara sebagai pekerjaannya pertama kali datang ke Provinsi Riau tahun 1992 lalu.

Profesi tukang ukir itu ia tinggalkan karena merasa memiliki usaha di sektor perikanan lebih menjanjikan, “Saya tinggalkan usaha tukang ukir kayu Jepara karena ingin hidup lebih tenang, mengerjakan proyek tukang ukir banyak tantangan, dimarahi orang kalau pesanan barang belum siap, dan usia pun sudah tua, saya mau kerja dan hidup tenang dapat beribadah,” ujarnya.

“Alhamdulillah, saya dari usaha kolam ikan ini saya sudah bisa membeli dua unit mobil, satu mobil Innova dan satu lagi mobil pick up L-300 dan juga sudah bisa membangun rumah petak sewa 10 pintu yang saya sewakan Rp400 ribu per pintu perbulan,” kata dia tersenyum bangga.

Nawawi sangat berharap setelah ia melunasi hutang pinjaman dana bergulir Rp50 juta itu dapat diberikan lagi pinjaman Rp100 juta untuk mengembangkan usaha ikan olahan. “Saya ingin mengembangkan usaha ikan ini pada usaha pengolahan ikan, maka saya berharap pemerintah dapat memberikan bantuan pembelian peralatan untuk mengolah ikan pembuatan ikan salai,” kata dia.

Ditanya mengapa ia masih mengharapkan pinjaman dana bergulir, “Kalau dana pinjaman itu, ada motivasi dalam diri kita untuk mengejar target usaha, ada kewajiban yang harus dibayar ke bank, tidak berleha-leha, semangat terus mengembangkan usaha muncul dengan sendirinya,” ujarnya saat Sudiarto, Kepala Bagian Ekonomi turun meninjau perkembangan pinjaman dana bergulir dengan usaha kolam ikan milik Ahmad Nawawi ini. (Adv)